JAKARTATERKINI.ID - Staf Teknis Komunikasi Transformasi Kesehatan Kementerian Kesehatan, Ngabila Salama, menjelaskan bahwa meskipun terdapat banyak disinformasi atau hoaks terkait nyamuk ber-Wolbachia, edukasi terkait metode tersebut tetap harus dilakukan sebagai inovasi untuk menurunkan kasus dan kematian akibat penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
"Meski isu Wolbachia ini banyak diwarnai oleh hoaks, asumsi, dan provokasi yang dapat meresahkan masyarakat, edukasi mengenai metode ini harus tetap dilakukan sebagai inovasi yang dapat menurunkan kasus dan kematian akibat DBD. Kami tidak boleh lelah dalam menyuarakan informasi yang benar mengenai kebaikan program ini," jelas Ngabila saat dihubungi.
Baca juga : Pemprov DKI Jakarta Tiadakan Ganjil-Genap pada 16 September dalam Rangka Peringatan Maulid Nabi
Ngabila menjelaskan bahwa Wolbachia merupakan inovasi yang direkomendasikan oleh WHO untuk pengendalian penyakit dan telah terbukti berhasil di berbagai negara, termasuk Myanmar dan Laos.
Yogyakarta juga telah membuktikan keberhasilannya selama 10 tahun terakhir, dengan data dari 77 persen penurunan kasus, 86 persen penurunan perawatan di rumah sakit, dan 83 persen penurunan penggunaan fogging.
Menurut Ngabila, Wolbachia aman untuk manusia karena tidak dapat hidup di tubuh manusia. Selain itu, metode ini juga aman untuk lingkungan karena bersifat ramah lingkungan, tidak merusak ekosistem, atau mengganggu keseimbangan dengan makhluk hidup lain.
Baca juga : Pemkot Jakarta Selatan Capai Realisasi Pajak Rp14,41 Triliun
"Justru jika kasus DBD terus meningkat, penggunaan fogging berpotensi mengganggu nyamuk dan menyebabkan virus serta serangga lain bermutasi," tambah Ngabila.
Ngabila juga menjelaskan bahwa Wolbachia dapat dianggap sebagai vaksinasi untuk nyamuk Aedes aegypti, yang sebelumnya merupakan pembawa virus DBD menjadi nyamuk yang tidak membawa virus.