JT - Tim Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia telah diterjunkan untuk mengecek kasus kematian seorang warga Badui Dalam di pedalaman Kabupaten Lebak, yang dilaporkan meninggal akibat tuberkulosis (TB). Pelaksana Harian (Plh) Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Kemenkes, dr. Anas Maruf, MKM, menegaskan bahwa pemerintah berkomitmen untuk menemukan dan menangani sebanyak mungkin kasus TB.
"Kita sudah menerjunkan tim ke lapangan untuk mengecek warga Badui yang meninggal dunia akibat TB itu," kata dr. Anas saat dihubungi di Lebak, Banten, pada Sabtu. Ia menambahkan bahwa penemuan kasus TB dapat dilakukan melalui Dinas Kesehatan daerah, rumah sakit, klinik, puskesmas, serta relawan.
Baca juga : Warga Karawang Serbu Operasi Pasar Murah
Pemerintah berusaha keras untuk mendeteksi kasus TB, dan bagi mereka yang terindikasi positif, akan menjalani pengobatan gratis selama 6-12 bulan dengan melibatkan Pengawas Minum Obat (PMO). Oleh karena itu, tim Kemenkes memeriksa kasus kematian warga Badui Dalam tersebut untuk memastikan penyebabnya.
Menurut Sahabat Relawan Indonesia (SRI), warga Badui yang meninggal dunia tersebut tidak mendapatkan obat TB dari puskesmas dan Dinkes Lebak. "Kami menjamin semua penderita TB yang positif mendapatkan pengobatan gratis. Karena itu, kami ingin mengetahui penyebab kematian di Badui," ungkap perwakilan SRI.
Plh Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak, dr. Budi Mulyanto, menjelaskan bahwa permohonan obat TB harus diajukan melalui Puskesmas Cisimeut, yang bertanggung jawab dalam distribusi obat. Namun, puskesmas tersebut tidak memiliki stok obat TB, sehingga pendistribusian harus melalui Dinkes.
Baca juga : Gempa Magnitudo 5,0 Guncang Pariaman, Tidak Berpotensi Tsunami
"Kita siap untuk pendistribusian obat TB setelah puskesmas setempat meminta permohonan obat itu," katanya.
Sementara itu, Ketua Koordinator SRI, Muhammad Arif, mengungkapkan bahwa hasil pemeriksaan kesehatan menunjukkan Sanadi (16), seorang warga Badui Dalam, positif menderita TB. Pemeriksaan dilakukan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Serang dan mahasiswa Fakultas Kedokteran Unjani Bandung pada 9 September 2024.