Bengkulu, 27/8 (Jakarta Terkini) - Dr. Panji Suminar, seorang pakar politik dan akademisi Universitas Bengkulu, mengemukakan bahwa wacana penggabungan Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan dalam Pilpres 2024 merupakan upaya PDIP untuk menunjukkan keterbukaan partai.
"Baru-baru ini, PDIP telah dikritik oleh beberapa pihak karena dianggap terlalu eksklusif sebagai partai besar yang mampu mengusung kandidatnya sendiri. Dengan mengusulkan duet Ganjar-Anies atau Anies-Ganjar, mereka ingin membuktikan bahwa persepsi tentang eksklusivitas ini tidak akurat," ungkap Dr. Panji Suminar di Bengkulu pada hari Minggu.
Baca juga : 64,1 Persen Masyarakat Pertimbangan Putra Daerah dalam Memilih di Pilbup Bekasi 2024
Dia menjelaskan bahwa PDIP ingin menunjukkan kemampuannya untuk berkoalisi dalam pemilihan presiden, bahkan mungkin dengan melibatkan Anies Baswedan yang didukung oleh koalisi partai dengan ideologi yang berbeda dari PDIP.
"Tujuan mereka adalah menegaskan bahwa PDIP adalah partai yang terbuka, karena akhir-akhir ini banyak yang melihat mereka sebagai partai yang eksklusif. Dengan menggandeng Anies, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka mampu berkolaborasi dengan berbagai pihak," tambah Panji.
Namun, Panji menganggap bahwa inisiatif dari pengurus atau kader PDIP untuk mengusulkan duet Ganjar-Anies hanyalah wacana semata. Langkah serupa telah dilakukan oleh Puan Maharani yang berkomunikasi dengan berbagai partai politik, termasuk yang mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden.
Baca juga : Anies Merasa Terhormat Mendapat Dukungan dari PDIP
"Upaya untuk mewacanakan Ganjar-Anies mungkin dilakukan dengan pertimbangan bahwa gabungan elektabilitas mereka berdua dapat menghadapi Prabowo. Tetapi, kita perlu melihat bahwa partai dan basis pendukung Anies, mereka ingin Anies Baswedan menjadi presiden tanpa syarat, sehingga saya pikir duet ini tidak akan terealisasi," kata Panji.
Jika duet Ganjar-Anies benar-benar terjadi, Panji Suminar melihat bahwa hal ini mungkin akan merugikan PDIP dalam Pilpres 2024.