JAKARTATERKINI.ID - Pada 2023, Jepang kehilangan statusnya sebagai negara ekonomi terbesar ketiga di dunia, digantikan oleh Jerman, dan secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada kuartal terakhir tahun lalu karena lemahnya permintaan domestik, demikian kata pemerintah negara tersebut, Kamis.
Produk domestik bruto (PDB) nominal Jepang, yang tidak disesuaikan dengan inflasi, berjumlah 4,21 triliun dolar Amerika Serikat (Rp65,7 kuadriliun).
Baca juga : Sejak Oktober, Setidaknya 350 Tenaga Kesehatan Tewas di Jalur Gaza
Jumlah tersebut merupakan yang terbesar keempat di dunia, setelah Jerman yang membukukan 4,46 triliun dolar AS (Rp69,6 kuadriliun), sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam mata uang Yen.
Untuk kuartal Oktober-Desember, perekonomian menyusut 0,1 persen dari kuartal sebelumnya, atau pada tingkat tahunan sebesar 0,4 persen karena belanja rumah tangga dan dunia usaha kurang kuat di tengah inflasi yang mengakar, menurut Kantor Kabinet.
Kontraksi selama dua kuartal berturut-turut menjadikan perekonomian berada dalam resesi teknis, yang merupakan tantangan bagi pemerintah dan Bank Sentral Jepang (BoJ) ketika mereka berupaya mencapai pertumbuhan yang didorong oleh permintaan domestik disertai dengan kenaikan upah.
Baca juga : PM Irak: Pemimpin Senior ISIS Abu Khadijah Tewas dalam Operasi Militer
Para ekonom pengamat sektor swasta yang disurvei oleh Pusat Penelitian Ekonomi Jepang memperkirakan ekspansi tahunan sebesar 1,28 persen. PDB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara.
“Masalahnya bukan hanya Jepang yang melaporkan pertumbuhan negatif. Permintaan dalam negeri juga anjlok dan datanya sangat buruk,” kata Toru Suehiro, ekonom utama pada Daiwa Securities Co.