JAKARTATERKINI.ID - Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2023 meningkat menjadi 407,1 miliar dolar AS, menunjukkan pertumbuhan sebesar 2,7 persen secara year on year (yoy).
"Posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV-2023 mencapai 407,1 miliar dolar AS, mengalami pertumbuhan sebesar 2,7 persen (yoy), yang menandai peningkatan dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 0,02 persen (yoy)," kata Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, di Jakarta pada hari Kamis.
Baca juga : KAI Daop 1 Jakarta Ramalkan Puncak Arus Balik pada Senin Pekan Depan
Erwin menjelaskan bahwa peningkatan tersebut terutama berasal dari transaksi ULN sektor publik. Di samping itu, peningkatan posisi ULN pada triwulan IV-2023 juga dipengaruhi oleh pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk rupiah.
Meskipun demikian, ULN pemerintah tetap terkendali dan dikelola secara terukur dan akuntabel. Posisi ULN pemerintah pada akhir triwulan IV-2023 mencapai 196,6 miliar dolar AS, menunjukkan pertumbuhan sebesar 5,4 persen (yoy), meningkat dari pertumbuhan 3,3 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Peningkatan ULN pemerintah terutama disebabkan oleh penarikan pinjaman luar negeri, terutama pinjaman multilateral, untuk mendukung pembiayaan beberapa program dan proyek. Pemerintah juga meningkatkan penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik dan internasional.
Baca juga : Indonesia Terima Hibah Rp4,6 Triliun untuk Program Eliminasi HIV dan TBC
Dalam upaya menjaga kredibilitas, pemerintah berkomitmen untuk memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga utang secara tepat waktu, serta mengelola ULN dengan hati-hati, efisien, dan akuntabel. Pemanfaatan ULN diarahkan untuk mendukung upaya pemerintah dalam pembiayaan sektor produktif serta belanja prioritas.
Di samping itu, ULN swasta tetap terkendali dengan kontraksi pertumbuhan yang berlanjut. Posisi ULN swasta pada akhir triwulan IV-2023 mencapai 197,0 miliar dolar AS, mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,9 persen (yoy), melanjutkan kontraksi pada triwulan sebelumnya.