JT — Direktur Eksekutif Madani Indonesia Democracy Studies (MINDS), Dr. Fendi Hidayat, menilai wawancara terbuka Presiden Prabowo Subianto bersama tujuh jurnalis senior pada Minggu (6/4) sebagai momentum penting dalam menghidupkan kembali praktik demokrasi deliberatif di Indonesia.
“Wawancara Presiden Prabowo menunjukkan keberanian politik sekaligus ketulusan dalam membuka ruang diskusi langsung dengan media dan masyarakat,” ujar Fendi dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (9/4).
Baca juga : Wabup Bekasi Tinjau Posko Banjir, Periksa Kesehatan Warga Pengungsi
Ia menyoroti bahwa tidak adanya pertanyaan yang disiapkan sebelumnya membuktikan bahwa forum tersebut bukan sekadar ajang pencitraan, melainkan bentuk akuntabilitas politik yang nyata.
Menurut Fendi, praktik demokrasi deliberatif atau permusyawaratan sering kali terabaikan dalam komunikasi politik nasional. Namun, format wawancara terbuka dengan jurnalis dari berbagai spektrum media—televisi swasta, lembaga penyiaran publik, hingga media digital—menjadi simbol inklusivitas dan keterbukaan dalam komunikasi politik.
“Langkah ini menunjukkan bahwa Presiden tidak hanya mendengar suara elite politik, tetapi juga suara publik melalui tangan-tangan profesional media yang merupakan pilar demokrasi,” tambahnya.
Baca juga : Produsen Minyakita Diduga Curang, DPR Desak Sanksi Tegas
Fendi juga menyoroti jawaban Presiden Prabowo terhadap isu-isu strategis seperti pembaruan UU TNI 2025, demonstrasi publik, reformasi birokrasi, penegakan hukum, dan diplomasi ekonomi luar negeri. Jawaban tersebut, kata dia, menunjukkan kedalaman pemahaman sekaligus kehati-hatian Presiden dalam menjaga keseimbangan antara stabilitas negara dan semangat reformasi.
Pernyataan Prabowo bahwa dirinya tidak akan mengkhianati semangat reformasi disebut sebagai bentuk komitmen politik tertinggi.