JT - Perdana Menteri Qatar, Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, mengumumkan bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza telah resmi tercapai. Pengumuman ini disampaikan dalam konferensi pers di Doha pada Rabu (15/1).
Gencatan senjata tersebut terdiri dari tiga tahap yang akan mulai berlaku pada Minggu (19/1), dengan harapan dapat mengakhiri konflik yang telah meluluhlantakkan Gaza.
Baca juga : Banjir Parah Melanda Republik Ceko, Ribuan Warga Terdampak
Sejak agresi Israel dimulai pada 7 Oktober 2023, konflik ini telah menewaskan 46.707 warga Palestina dan melukai 110.265 lainnya. Selain itu, lebih dari 10.000 orang masih dinyatakan hilang dan diduga terkubur di bawah reruntuhan rumah akibat pengeboman.
Sebagian besar korban dilaporkan adalah wanita dan anak-anak. Sementara itu, hampir dua juta warga Gaza terpaksa mengungsi ke kota Rafah, Gaza selatan, yang kini menjadi semakin padat karena letaknya dekat perbatasan Gaza-Mesir.
Pengungsian besar-besaran ini disebut sebagai pergerakan pengungsi terbesar sejak peristiwa Nakba pada tahun 1948, saat berdirinya negara Israel.
Baca juga : Presiden Erdogan: Turki Tidak Akan Terprovokasi oleh Provokasi Pembakaran Al-Quran di Swedia
Kesepakatan ini dicapai meskipun Mahkamah Internasional (ICJ) sebelumnya telah memerintahkan Israel untuk segera menghentikan agresinya di Jalur Gaza, khususnya di Rafah, yang dinilai berpotensi melanggar Konvensi Genosida.
Kesepakatan gencatan senjata ini diharapkan membawa harapan baru bagi penduduk Gaza yang telah menderita akibat konflik berkepanjangan, meskipun tantangan besar masih membayangi proses pemulihan. * * *