JT - Mayoritas warga Desa Mon Ikeun, Kecamatan Lhoknga, Aceh Besar, saat ini membangun rumah satu lantai sebagai upaya menjaga keselamatan dan mengatasi trauma dari gempa bumi besar berkekuatan 9,1 magnitudo pada 2004 yang diikuti tsunami dahsyat.
Sekretaris Desa Mon Ikeun, Irma Lisa, menyatakan bahwa saat gempa dua dekade lalu, banyak bangunan dan fasilitas umum di desanya mengalami kerusakan parah atau bahkan hancur akibat gempa dan tsunami. Trauma ini, ditambah seringnya gempa berskala 4-5, membuat warga memilih rumah satu lantai yang dianggap lebih aman.
Baca juga : Pemkab Bekasi Jemput Bola untuk Layanan Legalitas Usaha UMKM
"Setelah gempa besar ini, kami kerap merasakan gempa skala 4 hingga 5, sehingga kami memilih rumah satu tingkat," ujar Irma, Rabu, usai kunjungan peserta Forum Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium 20 Tahun Tsunami Aceh di Lhoknga.
Irma menambahkan bahwa faktor ekonomi juga memengaruhi keputusan warga. Banyak yang mengalami penurunan ekonomi pascabencana, membuat mereka membangun rumah sederhana dan satu lantai. Bantuan dari pemerintah dan lembaga swasta, seperti CRS, membantu mereka memiliki rumah layak dengan memperhatikan aspek keamanan.
Sebagian warga masih tinggal di kawasan dekat sungai atau pantai, namun lokasi-lokasi ini sudah terintegrasi dengan sistem peringatan dini gempa dan tsunami dari BMKG, sehingga meningkatkan kesiapsiagaan.
Baca juga : Pemkot Tangerang Beri Diskon Pembayaran PBB
Desa Mon Ikeun telah diakui sebagai Tsunami Ready Community oleh UNESCO. Pengakuan ini diberikan kepada 22 desa di Indonesia yang memenuhi indikator ketangguhan mitigasi tsunami, termasuk peta zona rawan, jumlah penduduk di zona bahaya, petugas siaga, dan sarana evakuasi dengan rambu yang lengkap. Penghargaan diserahkan langsung oleh Sekretaris Eksekutif UNESCO-IOC Vidar Helgesen kepada perwakilan desa pada Senin (12/11) di Aceh. * * *