JT – Penunjukan Mayor Teddy Indra Wijaya sebagai Sekretaris Kabinet dalam Kabinet Merah Putih periode 2024-2029 disambut gembira oleh warganet di media sosial, menurut hasil riset Indonesia Indicator (I2).
Direktur Komunikasi I2, Rustika Herlambang, mengatakan bahwa munculnya nama Mayor Teddy, yang sebelumnya tidak masuk dalam bursa kandidat menteri, berhasil menarik perhatian publik. “Posisi sebagai Sekretaris Kabinet menjadi penggerak atensi warganet,” ujarnya di Jakarta, Senin.
Baca juga : MRT Jakarta Tetap Beroperasi Normal Selama Misa Akbar Paus Fransiskus di GBK
Berdasarkan data yang dikumpulkan hingga Senin pukul 09.00 WIB, terdapat 40.896 postingan mengenai penunjukan Mayor Teddy dari 22.593 akun, dengan tingkat interaksi mencapai hampir 1,7 juta. Rustika menambahkan bahwa netizen menyampaikan respons secara netral dan positif, dengan hanya 8 persen dari sentimen yang bersifat negatif.
Warganet tampak mengapresiasi dan menyatakan kebahagiaan atas penunjukan Mayor Teddy, yang dikenal sebagai sosok populer di kalangan generasi muda. Emosi positif seperti kegembiraan (43 persen), kejutan (24 persen), dan kepercayaan (9 persen) mendominasi tanggapan terhadap pengumuman tersebut.
Rustika mencatat bahwa lebih dari 85 persen komentar mengenai Mayor Teddy bersifat positif, menunjukkan tingginya kepercayaan netizen terhadap kinerja dan loyalitasnya. Selain Mayor Teddy, beberapa nama lain dalam kabinet seperti Veronica Tan, Sri Mulyani Indrawati, dan Profesor Stella juga mendapat perhatian luas dari publik.
Baca juga : Polrestro Jakpus Ingatkan Warga Untuk Mewaspadai Cyber Crime
Namun, ada pula catatan kritis yang disampaikan oleh warganet terkait postur kabinet yang dianggap terlalu gemuk, yang diperkirakan memboroskan anggaran hingga Rp777 miliar per tahun. Kecemasan tentang proporsi menteri yang lebih loyal kepada partai politik ketimbang kepada presiden juga menjadi perbincangan.
Sebanyak 79 persen postingan mengenai pengumuman resmi kabinet beredar di platform X (Twitter), di mana 38 persen di antaranya bersifat kritis. Interaksi yang paling banyak terjadi justru berasal dari Instagram (52 persen) dan Tiktok (39 persen).