JT – Masjid Raya Baiturrahman, ikon Kota Banda Aceh, selalu menarik minat wisatawan asing dari berbagai negara, terutama selama penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatra Utara. Menurut Mukhtar, Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPTD Pengelola Masjid Raya Baiturrahman, setiap hari ada wisatawan asing yang berkunjung, meskipun tidak ada pencatatan khusus.
"Petugas di pintu masuk melaporkan kunjungan wisatawan asing melalui grup WhatsApp, terutama jika ada turis non-muslim yang perlu disiapkan busana khusus," jelas Mukhtar, Sabtu.
Baca juga : Kebun Stroberi di Dekat Gunung Rinjani Tetap Diminati Wisatawan
Para wisatawan non-muslim diperbolehkan berkeliling di pelataran masjid dan menikmati pemandangan dari atas menara, namun tidak diperkenankan masuk ke dalam masjid. Pemandu disediakan untuk menjelaskan sejarah dan keindahan masjid bagi mereka yang membutuhkan.
Bersamaan dengan PON XXI, jumlah pengunjung, termasuk turis asing, semakin meningkat. Setiap hari, masjid yang dibangun pada 1612 di bawah kepemimpinan Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh Darussalam ini menerima wisatawan dari negara-negara seperti Jerman, Afrika, Arab, China, Jepang, dan Malaysia.
Salah satu pasangan wisatawan asing, Paul Swampillai dari Srilanka dan istrinya Kim Godbold dari Australia, yang beragama non-Islam, mengungkapkan kekagumannya terhadap masjid ini. Mereka awalnya khawatir dengan penerapan hukum syariah di Aceh, tetapi mendapati masyarakatnya ramah dan penuh toleransi.
Baca juga : PHRI: Kamar Hotel di Objek Wisata Sumut Penuh Selama Libur Lebaran
Paul dan Kim menghormati peraturan yang berlaku di masjid dengan mengenakan busana yang disediakan, termasuk kain sarung dan kerudung. Meskipun tidak bisa masuk ke dalam masjid, mereka menikmati arsitektur dan suasana masjid, serta menyebut Masjid Raya Baiturrahman sebagai salah satu yang terindah yang pernah mereka kunjungi, sebanding dengan masjid-masjid di Iran, Turki, dan Suriah.
Paul, yang terpesona dengan kubah hitam masjid, berharap bisa kembali mengunjungi Banda Aceh di masa depan. * * *