JT - Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah melakukan pemetaan potensi ketersediaan produksi, stok, dan importasi pangan untuk menghadapi dampak kemarau yang diperkirakan akan mengurangi siklus produksi tanaman pangan pada semester II 2024 dibandingkan semester I 2024.
"Tujuan pemetaan ini adalah untuk menjaga ketersediaan pangan termasuk pendistribusian ke semua wilayah hingga akhir tahun ini," ujar Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Bapanas, Maino Dwi Hartono, di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Selasa.
Baca juga : Yasonna Laoly Pamit dari Kemenkumham, Siap Lanjutkan Pengabdian di DPR
Maino menjelaskan bahwa pihaknya terus memperkuat cadangan pangan pemerintah melalui BUMN Pangan, yaitu Perum Bulog dan ID FOOD. Bulog bertanggung jawab untuk memenuhi cadangan pangan komoditas padi, jagung, dan kedelai, sementara ID FOOD akan menangani sisanya.
"Bulog Nusa Tenggara Barat memiliki cadangan jagung sekitar 56 ribu ton. Ini menunjukkan bahwa Bulog telah mulai bergerak untuk menyediakan cadangan pangan, terutama jagung," kata Maino.
Penurunan produksi jagung sering terjadi antara Agustus hingga Desember, periode di mana Indonesia mengalami musim penghujan yang mendorong petani lebih banyak menanam padi daripada jagung. Cadangan jagung yang disimpan oleh Bulog diharapkan dapat mengantisipasi kenaikan harga jagung. Pemerintah dapat menggelontorkan jagung dari cadangan saat harga jagung naik di atas harga acuan.
Baca juga : Pengganti Firli Bahuri Harus Melalui Pansel DPR RI
Bapanas memproyeksikan total ketersediaan beras di Indonesia hingga Desember 2024 mencapai sekitar 39,8 juta ton. Angka ini melibatkan realisasi impor sekitar 4,3 juta ton, beras awal sebanyak 4,1 juta ton, dan produksi dalam negeri yang diperkirakan mencapai 31,5 juta ton. Kebutuhan konsumsi beras tahunan untuk masyarakat Indonesia sekitar 31,2 juta ton, atau sekitar 2,6 juta ton per bulan.
Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa puncak musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia terjadi pada Juli dan Agustus 2024. Angin dominan dari arah timur hingga tenggara membawa udara kering dan dingin dari Australia ke Indonesia, yang kurang mendukung proses pertumbuhan awan di wilayah tersebut. * * *