JT - Pengamat Politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta) Banten, Ahmad Sururi, menilai fenomena melawan kotak kosong dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) sebagai tanda kemunduran demokrasi yang serius.
“Jika kotak kosong menjadi pilihan dalam Pilkada, itu menandakan kemunduran demokrasi di Banten dan jelas bukan yang diharapkan masyarakat,” ujar Ahmad Sururi di Serang, Senin (22/7).
Baca juga : Perludem: Putusan MK Terkait Pelanggaran TSM dalam Pilkada 2024 Jadi Preseden Baik
Sururi menjelaskan bahwa Pilkada seharusnya diikuti oleh lebih dari satu pasangan calon untuk memastikan adanya kompetisi politik yang sehat. Fenomena melawan kotak kosong, menurutnya, dapat menurunkan partisipasi masyarakat dalam pemilihan.
“Sebagian besar masyarakat melihat kotak kosong bukan sebagai pilihan, melainkan sebagai sesuatu yang dipaksakan. Hal ini berpotensi menyebabkan rendahnya tingkat partisipasi pemilih,” tambahnya.
Tokoh Masyarakat Banten, Embay Mulya Syarief, juga mengkritik fenomena ini dengan menekankan pentingnya martabat dalam proses politik.
Baca juga : KPU Banten Gelar Simulasi Pemungutan Suara
“Manusia merupakan makhluk yang bermartabat dan seharusnya tidak dipertandingkan melawan kotak kosong. Ini membuat calon yang maju tampak tidak bermartabat dan tidak bermanfaat,” kata Syarief.
Dia juga menggarisbawahi pentingnya peran partai politik dalam melakukan pengkaderan dan pendidikan politik kepada masyarakat.