DECEMBER 9, 2022
TERKINI

Kenapa Hujan Masih Sering Turun di Musim Kemarau?

post-img
Ilustrasi - Seorang warga menggunakan payung saat turun hujan di kawasan Bundaran HI, Jakarta, Kamis (4/7/2024).

JT - Menurut prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), musim hujan tahun 2024 di Indonesia diperkirakan dimulai pada November 2023, dengan puncaknya terjadi antara Januari hingga Februari 2024. Biasanya, musim kemarau dijadwalkan tiba pada bulan Juli, namun hujan masih sering melanda banyak wilayah di Indonesia.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa meskipun sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, hujan masih dapat terjadi dengan intensitas curah hujan di bawah 50 mm per dasarian. Hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang mempengaruhi cuaca.

Baca juga : Menhan: RI Masih Negosiasi untuk Membangun RS Lapangan bagi Pengungsi Gaza

Menurut Guswanto, potensi peningkatan curah hujan yang signifikan diperkirakan akan terjadi dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah seperti Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua. Fenomena ini dipengaruhi oleh aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial, serta suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia, yang mendukung pembentukan awan hujan.

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, mengungkapkan bahwa antara 5 hingga 11 Juli 2024, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai kilat dan angin kencang diperkirakan akan melanda sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Pulau Sumatra, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Maluku, dan Pulau Papua.

Andri menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti longsor dan banjir bandang, terutama di wilayah perbukitan, dataran tinggi, dan sepanjang daerah aliran sungai.

Baca juga : Kompolnas Minta Evaluasi Penyidikan Polda Jabar Pasca Putusan Praperadilan

Terkait cuaca ekstrem yang terjadi di Sawangan, Kota Depok pada 3 Juli lalu, Andri menjelaskan bahwa hujan lebat disertai angin kencang dan hujan es disebabkan oleh awan Cumulonimbus (CB) yang terbentuk akibat konveksi kuat. Hujan es terjadi karena kondensasi uap air yang sangat dingin di atmosfer lapisan atas, di mana es yang terbentuk memiliki ukuran besar. Ketika es turun ke lapisan atmosfer yang lebih hangat, sebagian es mencair menjadi hujan, sementara sisanya tetap sebagai hujan es, dengan suhu puncak awan Cumulonimbus mencapai minus 80 derajat Celsius.

Perubahan dan transisi musim yang sulit diprediksi karena berbagai faktor ini menuntut masyarakat yang sering beraktivitas di luar ruangan untuk berhati-hati dan mengantisipasi datangnya hujan. * * *


Tentang Kami

Jakartaterkini.id merupakan transformasi dari Media sosial Instagram Jakarta terkini, yang lahir sejak tahun 2017 silam. Melalui media online kami ingin lebih berkomitmen dalam menghadirkan beragam informasi yang lebih luas, komprehensif dan faktual.

Kami berfokus menjadi media lokal Jakarta yang terkini, sesuai dengan tag line kami, Informasi terkini di Jakarta. Dibawah naungan JTN Media kami terus beradaptasi dalam segala aspek sesuai dengan perkembangan sosial terkini. Selain itu kami juga terus melakukan inovasi terhadap perkembangan teknologi agar dapat memenuhi keinginan khalayak dalam mengakses informasi.

Kami adalah media yang Independent dengan mengedepankan kaidah jurnalistik, disajikan secara berimbang tanpa intervensi.

Bicara Jakarta..?! Jakarta terkini, Informasi terkini di Jakarta, Powered by JTN Media. 

 
Cart