JT - Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan (Sudinkes Jaksel) mencatat penurunan kasus demam berdarah dengue (DBD) di wilayah tersebut pada Mei 2024 dibandingkan bulan sebelumnya. "Untuk Mei ada 437 kasus, sedangkan April sebelumnya mencapai 496 kasus. Artinya, ada penurunan," kata Kepala Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan Sudinkes Jaksel Dina Nurdjannah saat dihubungi di Jakarta, Kamis.
Penurunan ini disebabkan oleh upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang dilakukan dua kali seminggu melalui metode 3M (menguras, menutup, mendaur) serta pengasapan (fogging), yang terbukti efektif di lapangan. Data kasus ini dikumpulkan dari seluruh fasilitas pelayanan kesehatan di Jakarta Selatan.
Baca juga : Polisi Libatkan Masyarakat Dalam Jaga Kondusifitas di Jakarta Utara
Hingga awal Juni 2024, total kasus DBD di Jakarta Selatan tercatat sebanyak 1.743 kasus, dengan rincian 82 kasus pada Januari, 206 kasus pada Februari, 518 kasus pada Maret, 496 kasus pada April, 437 kasus pada Mei, dan 4 kasus pada awal Juni.
Jika dilihat berdasarkan total kasus kumulatif per kecamatan, kasus terbanyak ada di Kecamatan Kebayoran Baru dengan 216 kasus, disusul oleh Mampang Prapatan (210 kasus), Jagakarsa (202 kasus), Setiabudi (199 kasus), Pasar Minggu (199 kasus), Kebayoran Lama (185 kasus), Pesanggrahan (181 kasus), Tebet (123 kasus), Cilandak (117 kasus), dan Pancoran (111 kasus).
"Jumlah kasus total terbanyak di Kecamatan Kebayoran Baru, tapi untuk tingkat insiden (incidence rate/IR) kumulatif paling tinggi di Kecamatan Setiabudi," jelas Dina.
Baca juga : 5,6 Ton Garam Ditebarkan ke Langit Jakarta dalam 3 Hari untuk Modifikasi Cuaca
Tingginya jumlah kasus kumulatif di Kebayoran Baru disebabkan oleh kepadatan kawasan RW, yang saat curah hujan tinggi kurang antisipasi dalam mengelola genangan air, sehingga menyebabkan perkembangan nyamuk. Sedangkan, tingginya tingkat insiden kumulatif di Setiabudi disebabkan oleh jumlah penduduk yang relatif sedikit dibandingkan kecamatan lain.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah warga Setiabudi mencapai lebih dari 117 ribu orang, sedangkan total warga Jakarta Selatan sebanyak 2.235.606 pada 2023. "Jumlah kasus hampir sama dengan wilayah lain, tapi karena jumlah penduduk Setiabudi yang paling sedikit se-Jakarta Selatan jadi IR-nya tinggi," ujarnya.