JT - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan hilirisasi minyak dan gas (migas) merupakan second life (peluang bisnis baru) dari Pertamina.
“Kami melihat bahwa hilirisasi migas ini adalah second life-nya Pertamina. Kalau selama ini crude oil (minyak mentah) dan gas itu dijadikan bahan baku, paling maksimum jadi BBM (Bahan Bakar Minyak). Namun ke depan, opsi untuk bahan bakar dan bahan baku ini menjadi banyak dan lebih diutamakan yang low carbon product (produk rendah karbon),” ujarnya di Gedung Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Jakarta, Senin.
Baca juga : iPURE Tawarkan Peluang Usaha Depot Air Minum Kekinian dengan Modal Terjangkau
Dalam kesempatan tersebut, Bappenas dan PT Pertamina (Persero) menandatangani tiga Perjanjian Kerja Sama (PKS).
Pertama ialah PKS terkait Kolaborasi Perencanaan dan Implementasi Hilirisasi Sektor Minyak dan Gas Bumi dalam Rangka Transformasi Ekonomi Indonesia. Kedua mengenai Pengarusutamaan Pembangunan Berkelanjutan dalam Program Sustainability PT Pertamina (Persero). Terakhir adalah Kolaborasi Perencanaan dan Implementasi Kebijakan Pembangunan untuk Mendukung Transformasi Indonesia.
Menurut dia, PKS terkait hilirisasi migas, terutama ke arah industri kimia, sangat penting untuk dilakukan.
Baca juga : HPP Gabah Naik, Dampaknya Positif bagi Petani
“Saya ingat Bu Winny (Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti) selalu mengatakan bahwa kalau kita ingin jadi negara maju, maka ada dua yang harus dibangun, ada industri kimia, yang kedua adalah industri besi dan baja. Nah, kami bisa berkontribusi di industri kimia karena dari crude oil (minyak mentah) ini bisa jadi petrochemical (petrokimia). Dari gas bisa jadi gas ke chemical, dari nabati yang hari ini hanya berhenti jadi bahan bakar ini juga bisa menjadi oil chemical,” ucap dia.
Dengan membangun industri kimia, lanjut Dirut Pertamina, maka akan terjadi peningkatan nilai tambah ekonomi, pertumbuhan ekonomi hijau, serta mendorong akselerasi transisi energi.