JAKARTATERKINI.ID - Nilai tukar (kurs) rupiah pada penutupan perdagangan Kamis mengalami penguatan menjadi Rp15.549 per dolar AS, menanggapi sinyal perlambatan ekonomi global di tahun 2024.
Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa pemerintah tetap optimistis meskipun Bank Dunia merevisi ke bawah outlook ekonomi global 2024 dari 2,6 persen menjadi 2,4 persen. Sinyal perlambatan ekonomi tersebut telah muncul sejak 2023 dan terus direvisi ke bawah.
Baca juga : Lonjakan Penumpang di Libur Natal dan Tahun Baru Tembus 6 Juta
Meski demikian, pemerintah telah mengantisipasi perlambatan ekonomi global yang dapat mempengaruhi Indonesia. Upaya yang dilakukan dalam jangka pendek termasuk mendorong daya beli masyarakat melalui penyaluran bantuan sosial (bansos) berupa beras dan bahan pokok. Antisipasi tersebut diharapkan dapat menjaga ekonomi Indonesia sesuai target pemerintah sebesar 5,2 persen pada tahun 2024.
Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 dan 2025 stabil di 4,9 persen, lebih rendah dari ramalan 2023 yang sebesar 5 persen. Perlambatan ekonomi global juga diperkirakan akan menurunkan kinerja ekspor, terutama ke pasar utama seperti Tiongkok.
Sementara itu, neraca perdagangan kumulatif Indonesia sepanjang Januari hingga November 2023 mengalami penurunan sebesar 16,91 miliar dolar AS dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Baca juga : RedDoorz Bidik Ekspansi Hingga 4.500 Properti pada Akhir 2024
Pasar saat ini menantikan data utama indeks harga konsumen (IHK) Amerika Serikat (AS) untuk bulan Desember 2023. Meskipun inflasi IHK umum diperkirakan sedikit meningkat, namun inflasi inti diperkirakan terus menurun. Penguatan rupiah pada penutupan perdagangan Kamis sebesar 21 poin atau 0,13 persen menjadi Rp15.549 per dolar AS, menunjukkan respons positif terhadap kondisi tersebut. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga naik menjadi Rp15.558 per dolar AS.