JT - Dalam sebuah seminar yang bertajuk 'Bersama Menangkal Radikalisme Menuju Indonesia Maju’ di Jakarta Selatan, Deputi I bidang Pencegahan, Perlindungan, dan Deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Roedy Widodo, menyoroti pentingnya antisipasi terhadap penyebaran paham radikal dan perekrutan anggota teroris melalui media sosial (medsos).
Menurut Roedy, kelompok-kelompok teroris kini telah mengubah metode rekrutmen mereka, tidak lagi bertemu langsung secara langsung, tetapi beralih ke teknologi digital dan internet, termasuk media sosial seperti WhatsApp dan Telegram.
Baca juga : PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Raih 5 Juta Penumpang Whoosh, Tawarkan Berbagai Apresiasi
"Kelompok-kelompok ini cenderung mengincar sasaran yang dianggap paling rentan, termasuk remaja, anak-anak, dan perempuan. Mereka dianggap mudah terpapar karena minimnya pemahaman akan paham radikal dan tingginya penggunaan media sosial di kalangan mereka," katanya.
Roedy juga memperingatkan bahwa tidak hanya ketiga kategori tersebut yang berisiko, tetapi juga masyarakat umum dan aparatur sipil negara, termasuk Polri, yang berpotensi terpapar paham terorisme melalui medsos.
Dalam konteks ini, Roedy menekankan pentingnya penguatan pemahaman akan bahaya radikalisme di seluruh lapisan masyarakat. BNPT, Polri, dan ASN diminta untuk melakukan penyuluhan anti-radikalisme di berbagai tingkatan, mulai dari sekolah hingga lembaga pendidikan, agar masyarakat memiliki pemahaman yang kuat sejak dini.
Baca juga : Penyewa Kios di Bandara Halim Keluhkan Penurunan Omzet
Dengan upaya ini, diharapkan imunitas masyarakat terhadap paham radikalisme akan semakin meningkat, sehingga mereka tidak mudah terpapar dan terhasut oleh propaganda terorisme.