Jakarta, 29 Agustus (JT) - Dr. dr. Dicky Armein Hanafy, Sp.JP (K), FIHA, FAsCC, seorang pakar jantung dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, menggarisbawahi manfaat pergi ke alam terbuka untuk membersihkan paru-paru dari polutan yang berdampak negatif pada kesehatan tubuh, termasuk jantung.
"Adalah lebih baik untuk meluangkan waktu di alam terbuka, karena hal ini membantu membersihkan paru-paru dari paparan polutan. Usahakan untuk menghirup udara yang segar," kata Dicky dalam konferensi pers bertajuk “Satu Dekade InaHRS: An Overview and Outlook” di Jakarta pada hari Selasa.
Baca juga : Rahasia Memasak Steak di Rumah yang Enak dan Berkualitas ala Executive Chef
Dicky, yang juga berperan sebagai penasihat Indonesian Heart Rhythm Society (InaHRS) atau Perhimpunan Aritmia Indonesia (PERITMI), merekomendasikan penggunaan masker kepada masyarakat dan bahkan mempertimbangkan penggunaan masker khusus seperti N95 ketika berada di luar ruangan. Ini merupakan pandangan yang berbeda dari anjuran yang diberlakukan selama masa pandemi COVID-19.
Dicky mengingatkan bahwa polusi udara tidak hanya berdampak negatif pada jantung, tetapi juga pada organ lain di tubuh seperti sistem pernapasan, mata, dan pembuluh darah. Racun-racun dari polusi dapat masuk ke dalam aliran darah dan mempengaruhi dinding pembuluh darah, tidak hanya di jantung, tetapi juga di otak. Gangguan pada integritas dinding pembuluh darah ini dapat mengganggu aliran darah secara keseluruhan.
Apabila integritas dinding pembuluh darah terganggu, dapat memicu aterosklerosis atau penyempitan dini pembuluh darah, yang pada akhirnya merusak organ di wilayah yang terdampak oleh pembuluh darah tersebut. Jika terjadi penyempitan pembuluh darah di otak, maka risiko demensia, stroke, dan aterosklerosis di otak akan meningkat.
Baca juga : Kiat Membagi Anggaran Mudik dari Pakar Keuangan
Dicky menjelaskan, "Pada bagian jantung, ini dapat menyebabkan serangan jantung, perubahan otot jantung, gangguan irama jantung yang berpotensi fatal, serta risiko gagal jantung dan pingsan."
Dicky juga mengangkat perhatian terhadap fakta bahwa saat ini serangan jantung semakin banyak menimpa pasien yang usianya relatif muda, terutama di Jakarta. Menurutnya, selain gaya hidup seperti merokok, polusi juga berkontribusi pada peningkatan kasus ini.