Bengkulu, 27/8 (Jakarta Terkini) - Dr. Panji Suminar, seorang pakar politik dan akademisi dari Universitas Bengkulu, mengemukakan pandangan bahwa pelaksanaan Pilpres 2024 sebaiknya melibatkan tiga pasang calon presiden dan wakil presiden. Pendapat ini dimaksudkan untuk mencegah terulangnya polarisasi seperti yang terjadi pada Pemilihan Presiden tahun 2019.
"Sebaiknya, Anies, Prabowo, dan Ganjar benar-benar bisa menjadi calon presiden masing-masing. Dengan adanya tiga calon presiden, dukungan tidak akan langsung bersaing secara tajam, sehingga dapat membantu mengurangi polarisasi," ujar Dr. Panji Suminar di Bengkulu pada hari Minggu.
Baca juga : KPU Jakarta Barat Mulai Proses Sortir dan Lipat Surat Suara Pilkada
Namun, menurut Panji, situasi akan berbeda jika wacana duet Ganjar-Anies menjadi kenyataan. Hal ini dapat mengarahkan Pilpres ke arah persaingan antara dua pasangan calon presiden dan wakil presiden saja.
"Ini akhirnya akan membawa pendukung Prabowo berhadapan langsung dengan pendukung Ganjar-Anies. Dengan tiga pasang, dukungan akan terbagi di antara Prabowo, Ganjar, dan Anies, kemudian dapat berubah secara dinamis di putaran kedua," paparnya.
Dr. Panji Suminar juga menegaskan bahwa dalam konteks lebih dari dua pasangan calon presiden, pendukung atau simpatisan cenderung tidak terlalu fanatik. Pada Pilpres, bila pasangan calon yang didukung tidak berhasil lolos di putaran pertama, pendukung tersebut cenderung akan beralih mendukung pasangan calon yang berhasil lolos ke putaran kedua.
Baca juga : KPU DKI Arahkan KPPS Untuk Sediakan Kursi Prioritas
"Dengan demikian, mulai dari awal hingga akhir Pilpres, potensi polarisasi dapat ditekan, dan dampak negatif dari polarisasi dapat dikurangi. Meskipun pada putaran kedua hanya ada dua pasang calon, namun waktu yang singkat di putaran kedua dapat membantu meredam efek polarisasi yang mungkin timbul," tambahnya.
Panji Suminar juga mengkritik dinamika wacana duet Ganjar-Anies yang tengah berkembang saat ini, yang menurutnya hanya merupakan strategi politik belaka dan belum menjadi kenyataan.