Kota Bogor, 17 Agustus - Wali Kota Bogor Bima Arya menilai bahwa semangat kemerdekaan yang dinyatakan saat ini memiliki interpretasi yang berbeda dari masa lalu. Sementara pada masa lalu, semangat kemerdekaan melibatkan perjuangan melawan penjajah dan penindasan, sekarang menjadi poin penting dalam menentukan masa depan bangsa.
Pada peringatan 17 Agustus, Bima Arya mengingatkan bahwa merdeka adalah titik tolak untuk mencapai tujuan bersatu, adil, makmur, dan sejahtera bagi Indonesia. Merdeka mengandung hak untuk mengarahkan nasib dan tujuan bangsa.
Baca juga : Pemkab Bekasi Bersama Swasta Bangun Jaringan Air Bersih
Dalam pandangannya, Indonesia saat ini telah mencapai tingkat kemajuan yang lebih tinggi dalam lima hingga sepuluh tahun terakhir, dengan kemajuan yang jauh lebih signifikan dibandingkan dua dekade sebelumnya. Namun, arah dan tujuan ke depan haruslah lebih jelas daripada masa lalu.
Bima Arya mengajak semua orang untuk merenung bersama apakah langkah, pemikiran, aksi, dan tujuan mereka sejalan dengan cita-cita melindungi bangsa, meningkatkan kesejahteraan umum, meningkatkan pendidikan nasional, dan berkontribusi pada perdamaian dunia.
Ia menekankan bahwa jika saat ini Indonesia tidak mencapai kemajuan yang diinginkan, itu dapat dianggap sebagai pengkhianatan terhadap cita-cita kemerdekaan dan nilai-nilai proklamasi. Oleh karena itu, setiap lapisan masyarakat Indonesia harus bekerja bersama untuk mencapai visi Indonesia sebagai salah satu dari lima ekonomi besar dunia pada tahun 2045.
Baca juga : Pj Gubernur Jabar Sebut Korban Tanah Bergerak di KBB Butuh Relokasi
Namun, ada tiga tantangan bersama di masa depan yang harus dihadapi dan diatasi: pragmatisme, sektarianisme, dan simbolisme. Bima Arya mengingatkan agar tidak terjebak dalam pandangan yang hanya mengedepankan kepentingan pribadi, kelompok, atau organisasi.
Dia berpendapat bahwa fokus pada pragmatisme, sektarianisme, atau simbolisme hanya untuk kepentingan kelompok atau individu, tanpa memperhatikan substansi yang mendasar, sama artinya dengan mengabaikan cita-cita proklamasi.