JT - Menandai enam bulan eskalasi konflik di Gaza, seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Jumat (5/4) memberikan keterangan kepada Dewan Keamanan PBB dengan penekanan pada krisis kemanusiaan yang parah serta menyerukan respons global yang mendesak.
"Enam bulan yang penuh pilu dan duka," kata Direktur Divisi Koordinasi Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) PBB Ramesh Rajasingham, seraya menjelaskan konsekuensi mengerikan bagi warga Gaza sejak pecahnya konflik.
Baca juga : Vladimir Putin Kunjungi Korea Utara untuk Pertama Kalinya dalam 24 Tahun
Dengan lebih dari 32.000 orang tewas dan 75.000 orang lainnya terluka, situasi ini sudah mencapai titik kritis, dengan anak-anak dan perempuan terdampak secara tidak proporsional, ujarnya.
Rajasingham menekankan, "Jelas tidak ada perlindungan bagi warga sipil di Gaza," dan menggarisbawahi betapa pentingnya intervensi internasional untuk melindungi nyawa orang-orang yang tidak bersalah.
Pengungsian di Gaza merupakan bencana besar dengan 1,7 juta orang atau 75 persen dari populasi Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka dan hidup dalam kondisi yang berbahaya.
Baca juga : Jerman Mendorong Israel untuk Membantu Gaza di Tengah Ancaman Kelaparan
Rajasingham menceritakan dampak menghancurkan dari konflik tersebut termasuk "kebrutalan tak bernurani" yang terjadi dalam bentuk pengeboman dan operasi darat yang intens. Operasi itu juga bukan hanya merenggut ratusan korban jiwa namun juga sangat menghambat upaya kemanusiaan.
"Pada 1 April, penarikan pasukan Israel dari Kompleks Medis Al Shifa yang terkepung... memperlihatkan sebuah rumah sakit... hampir seluruhnya hancur," ungkapnya.