JT - Dokter Spesialis Penyakit Dalam RS Cipto Mangunkusumo, Dr. Muhammad Firhat Idrus, SpPD, K-GEH, menegaskan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ibadah puasa mampu meredakan gejala maag dan GERD karena jadwal makan yang teratur.
"Faktor pemicu maag seringkali muncul pada awal puasa, ketika pola makan yang biasanya tiga kali sehari berubah menjadi dua kali. Namun, secara mengejutkan, setelah itu gejalanya malah membaik," ungkap Firhat dalam sebuah diskusi kesehatan daring di Jakarta, Selasa.
Baca juga : MUI: Ramadhan 2025 Saatnya Perkuat Solidaritas untuk Palestina
Menurut Firhat, puasa memaksa individu untuk menjaga pola makan yang teratur, terutama saat berbuka dan sahur. Hal ini efektif memperbaiki gejala maag dan GERD yang umum terjadi di masyarakat.
Dispepsia, yang lebih dikenal sebagai maag, adalah sindrom dengan gejala khas seperti ketidaknyamanan, mual, nyeri, muntah, kembung, dan cepat kenyang. Beberapa gejala ini dapat menjadi lebih parah, terutama ketika asam lambung naik ke kerongkongan, yang dikenal sebagai Gastroesophageal Reflux Disease (GERD).
Dengan menjaga pola makan yang teratur, asam lambung akan keluar dari lambung pada waktu yang tepat dan dengan jumlah makanan yang cukup, sehingga tidak menimbulkan ketidaknyamanan atau nyeri.
Baca juga : Kata Kunci Paling Dicari Selama Ramadhan: Resep Nasi Goreng
Namun, Firhat menekankan bahwa konsumsi makanan berlebihan pada waktu berbuka puasa juga bisa menyebabkan naiknya asam lambung dan memperpanjang gejala maag dan GERD selama bulan puasa.
"Salah satu alasan mengapa maag sering kambuh saat puasa adalah karena konsumsi berbagai jenis makanan pemicu maag dan GERD dalam jumlah besar pada waktu yang sama, sehingga lambung menerima rangsangan yang berlebihan," paparnya.