JAKARTATERKINI.ID - Periset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, mengatakan genangan air yang melanda sebagian wilayah di Jakarta disebabkan oleh hujan ekstrem dengan intensitas mencapai 157 milimeter.
"Banjir di Kelapa Gading dan sekitarnya kemarin membuktikan bahwa kapasitas drainase Kota Jakarta sudah tidak sanggup menampung curah hujan sebesar 150 milimeter," ujarnya melalui akun X yang dikutip di Jakarta pada hari Jumat.
Baca juga : Suami-Istri Jadi Tersangka dalam Kasus Penganiayaan Dua Balita di Jakut
Erma menyebutkan bahwa pada awal tahun 2020, Jakarta pernah mengalami banjir besar karena tanggul yang jebol akibat tidak mampu menahan hujan ekstrem lebih dari 300 milimeter.
Menurutnya, saat ini, hujan dengan intensitas 150 milimeter per hari sudah cukup untuk menyebabkan banjir karena luapan dari daerah aliran sungai, tanpa adanya kasus tanggul yang jebol yang menunjukkan penurunan kapasitas drainase.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta melaporkan bahwa banjir merendam setidaknya 38 ruas jalan di Jakarta pada Kamis (29/2/2024), dengan ketinggian air bervariasi antara 10 hingga 120 sentimeter.
Baca juga : Ekonom Nilai Jakarta Punya Potensi Jadi Pusat Bisnis dan Ekonomi
Banjir cepat surut berkat penggunaan pompa air bergerak dan rumah pompa air oleh petugas BPBD DKI Jakarta. Rumah Pompa Air Sentiong di Jakarta Utara, yang dioperasikan oleh petugas BPBD, mampu mengalirkan air hingga 50 ribu liter per detik.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menyatakan bahwa Jakarta termasuk daerah yang berpotensi mengalami dampak dari intensitas hujan ekstrem, seperti banjir, selama seminggu ke depan, yakni pada 1-8 Maret 2024.