JAKARTATERKINI.ID - Pria paruh baya tersebut menggunakan parang untuk memotong pohon gaharu, menghasilkan potongan-potongan batang gaharu. Potongan-potongan gaharu tersebut kemudian dikumpulkan dan dipecah menjadi potongan kecil sebelum disuling untuk menghasilkan minyak gaharu yang harum.
Pria yang dikenal dengan nama Irang Lungu telah membudidayakan gaharu selama tujuh tahun terakhir. Dia tidak menebang pohon gaharu, melainkan mengumpulkan potongan-potongan kasar untuk memastikan pohon tersebut tetap dapat dipanen kembali.
Baca juga : Pertamina Shipping Mulai Angkut Bitumen, Langkah Baru Diversifikasi Kargo
Potongan-potongan batang gaharu dibawa ke tempat pengolahan. Di sana, para wanita yang telah menunggu siap untuk memotong batang gaharu tersebut menjadi potongan kecil. Mereka kemudian bekerja sama dalam proses penyulingan untuk menghasilkan minyak di rumah produksi Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) Gaharu Laban Nyarit, Kecamatan Malinau Selatan, Kabupaten Malinau, Provinsi Kalimantan Utara.
"Totok gaharu" adalah bagian dari batang gaharu yang tidak memiliki resin. Totok gaharu dapat diolah menjadi minyak atsiri gaharu. Harga totok gaharu lebih terjangkau dibandingkan dengan resin gaharu, dengan harga bahan baku berkisar antara Rp30 ribu hingga Rp50 ribu per kilogram.
Untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang baik dalam pengolahan gaharu, Irang Lungu dan anggota KUPS Gaharu Laban Nyarit mengikuti pelatihan-pelatihan, termasuk Pelatihan Penyulingan Minyak Atsiri Gaharu yang diadakan di Rumah Produksi KUPS Gaharu Laban Nyarit pada 5-9 Februari 2024. Pelatihan ini diselenggarakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Malinau bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) WARSI Warsi.
Baca juga : DAMRI Catat 1,09 Juta Penumpang di Musim Libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025
Ilham Yudha Putra, Tenaga Ahli UPTD Pelayanan dan Pengembangan Minyak Atsiri dari Disperindag Sumatera Barat, yang hadir dalam pelatihan di Malinau, menjelaskan bahwa minyak gaharu digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan parfum. Minyak ini sangat diminati di pasar Timur Tengah, dengan harga satu gram mencapai Rp150 ribu.
Selain menghasilkan minyak atsiri gaharu, KUPS Gaharu Laban Nyarit juga menghasilkan minyak atsiri lainnya, seperti minyak kayu putih, minyak kemutuyan (merica hutan), dan minyak serai. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku essential oil.