JAKARTATERKINI.ID - Mahfud Md mengungkap alasannya mundur dari jabatannya sebagai menteri koordinator bidang politik, hukum, dan keamanan (menko polhukam) karena dia tidak ingin berseberangan dengan Presiden Joko Widodo, terutama selama dia masih tergabung dalam Kabinet Indonesia Maju.
Menurut Mahfud, tidak patut seorang menteri yang menjadi bagian dari pemerintahan Presiden RI Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin punya sikap yang berbeda dengan pucuk pimpinan tertingginya.
Baca juga : Tom Lembong Diperiksa Selama 10 Jam Terkait Surat Impor Gula
“Memang kami bicarakan, saya harus mundur, itu titik. Kenapa? Tidak mungkin saya against (menentang, red.) kebijakan atau against calon yang didukung Pak Jokowi. Lalu, saya masih terus (menjabat, red.) kan ndak bagus,” kata Mahfud saat jumpa pers di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan RI, Jakarta.
Dia mengaku niatan mundur memang ada sejak beberapa bulan lalu terutama setelah dia dideklarasikan sebagai calon wakil presiden pendamping Ganjar Pranowo. Namun saat itu, Mahfud tidak langsung mundur, tetapi menunggu momen yang tepat.
“Waktu itu, kesimpulannya nunggu dulu pada waktu momentumnya, kapan momentumnya, yang tepat itu sesudah pemungutan suara karena sesudah itu pemerintahan kan berlangsung, dan saya merasa ndak layak kalau masih di situ (pemerintahan, red.). (Namun, red.) kalau sesudah pemungutan suara itu kan masih lama. Jadi, ini soal pilihan,” kata Mahfud Md.
Baca juga : Kemenhub Berangkatkan 512 Bus Mudik Gratis ke 31 Daerah Jelang Lebaran 2025
Mahfud Md pada Kamis sore bertemu Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan dan menyerahkan secara langsung surat pengunduran dirinya sebagai menko polhukam. Keduanya berbincang-bincang dalam pertemuan tertutup di Istana Kepresidenan.
“Saya sudah menyatakan, saya memilih berhenti sekarang. Ini momentum yang harus saya ambil sekarang,” kata Mahfud.