JAKARTATERKINI.ID - Pengamat politik dari Universitas Jember (Unej), Muhammad Iqbal, mengkritik bahwa calon wakil presiden nomor urut 2, Gibran Rakabuming, belum menunjukkan kematangan dalam hal kecerdasan emosional, terutama dalam debat terakhir Pilpres 2024.
"Debat itu paling tidak punya pengaruh tiga sampai tujuh persen. Publik yang bersentimen negatif saya kira wajar. Secara pengalaman, Gibran memang belum cukup matang dan terlihat belum memiliki kecerdasan emosional yang matang," ujar Iqbal.
Baca juga : Pramono Anung Ingin Sediakan Tempat Kreatif Bebas Narkoba untuk Anak Muda di Jakarta
Ia menilai bahwa Gibran cenderung fokus pada gimik dan menyerang secara personal lawan-lawannya. Sebaliknya, Mahfud Md dan Muhaimin Iskandar, cawapres lainnya, terlihat lebih substansial dalam menyampaikan gagasan.
Iqbal menjelaskan bahwa dalam komunikasi debat, ada dua strategi umum, yaitu komunikasi suportif dan komunikasi defensif. Komunikasi suportif mendukung diskusi yang setara dan terbuka, sedangkan komunikasi defensif lebih menonjolkan upaya menjatuhkan lawan daripada adu gagasan.
"Apa yang dilakukan oleh Gibran dengan lebih banyak menanyakan terminologi itu, justru cenderung kepada defensif. Artinya, strategi untuk bagaimana melontarkan istilah atau terminologi yang sifatnya cenderung demonstratif, berupaya untuk menjebak Mahfud dan Muhaimin dengan beberapa pertanyaan itu," tambahnya.
Baca juga : Pengamat: Pemasangan Anies dan Kaesang Sulit Terwujud
Iqbal mengkritik taktik Gibran yang dianggapnya congkak. Dia menilai bahwa Gibran tampaknya sudah menyiapkan gimik untuk melecehkan Mahfud dan Muhaimin di panggung debat.
Iqbal melihat Mahfud memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang lebih matang daripada para cawapres lainnya, sementara Muhaimin tampak memperlihatkan kecerdasan situasional. Keduanya terlihat tenang saat menerima sindiran dari Gibran dan bisa mengembalikan serangan secara elegan.