JAKARTATERKINI.ID - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melihat bahwa politik identitas tidak lagi menjadi perbincangan ramai dan kontroversial menjelang Pemilihan Umum tahun ini, atau Pemilu 2024.
"Sepertinya politik identitas sedang tidur pada tahun 2024 ini," ujar Kepala Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial dan Humaniora BRIN, Ahmad Najib Burhani, dalam acara "Political Outlook 2024" di Jakarta, Selasa.
Baca juga : Anggota DPRD DKI Jakarta Pertanyakan Lambatnya Sanksi Bagi Gibran
Ahmad menyebutkan bahwa pada Pemilu 2014 dan Pemilu 2019, politik identitas, yang sering dikaitkan dengan istilah seperti cebong, kampret, buzzeRp, kadrun, dan sebagainya, ramai dibahas di media sosial dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Namun, pada Pemilu 2024, politik identitas tersebut tidak begitu dominan dalam perdebatan antara calon presiden dan calon wakil presiden.
Meskipun demikian, menurut Ahmad, ketenangan dalam Pemilu 2024 tidak berarti politik identitas telah mati. Ia mengungkapkan kemungkinan politik identitas dapat kembali muncul atau meningkat kembali jika ada isu atau kasus tertentu.
Lebih lanjut, Ahmad menjelaskan bahwa politik identitas merupakan bagian dari patahan sosial atau "social cleave," seperti etnis, agama, wilayah, dan lainnya, yang dapat menyebabkan perpecahan dalam masyarakat. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa politik identitas juga dapat menjadi kekayaan, kekuatan, dan keunggulan suatu negara dengan keragaman agama dan etnis yang dimilikinya.
Baca juga : Menpan-RB Ingatkan ASN untuk Tetap Netral dalam Pemilu dan Pilkada