JAKARTATERKINI.ID - Ketidakpastian merayap ketika mantan Kepala Negara Amerika Serikat, Donald Trump, muncul sebagai kandidat potensial dalam Pemilu Presiden AS 2024. Sejumlah survei kredibel, termasuk jajak pendapat dari ABC News/Ipsos pada 14 Januari 2024, menyoroti peluangnya untuk kembali memimpin negara.
Meskipun Pilpres 2024 masih dalam tahap awal, Partai Republik telah menunjukkan tiga calon kuat: Trump, mantan Dubes AS untuk PBB Nikki Haley, dan Gubernur Florida Ron DeSantis. Hasil survei ABC News/Ipsos yang melibatkan 2.228 responden AS pada 4-8 Januari menunjukkan keunggulan Trump, dengan 68 persen anggota Partai Republik dan independen berhaluan Republik menyebutnya sebagai kandidat terkuat.
Baca juga : Oposisi Israel Dorong Netanyahu Akui Negara Palestina dengan Syarat
Angka tersebut melampaui persentase untuk Haley (12 persen) dan DeSantis (11 persen), serta calon Republik lainnya hanya mencapai satu digit. Responden juga menyatakan bahwa Trump adalah kandidat yang paling memenuhi syarat (54 persen), paling memahami permasalahan mereka (46 persen), dan mewakili nilai-nilai pribadi mereka (45 persen).
Dengan peluang besar Trump mewakili Partai Republik, pertanyaannya adalah bagaimana kesempatannya dalam melawan Joe Biden, calon potensial dari Partai Demokrat? Survei ABC News/Ipsos mencatat dukungan terendah untuk Biden (33 persen) dibandingkan dengan Trump sebagai presiden (36 persen).
Rangkuman survei terbaru menunjukkan Trump unggul dalam pertarungan langsung dengan Biden, dengan RealClearPolitics mencatat 45,5 persen untuk Trump dan 44,9 persen untuk Biden, sementara persentase yang belum memutuskan sebesar 9,6 persen.
Baca juga : 2.000 Staf Medis di Jalur Gaza Tidak Memiliki Makanan untuk Berbuka Puasa
Situasi serupa terlihat di laman Race to the WH dan lembaga Decision Desk HQ/The Hill, yang menunjukkan keunggulan Trump dengan persentase yang bersaing.
Selanjutnya, Trump menarik perhatian dengan kata "balas dendam" dalam unggahan Desember 2023 di Truth Social. Kata ini menjadi fokus jajak pendapat media DailyMail.com, mencerminkan tekad Trump untuk menyelidiki, memenjarakan, dan membalas dendam terhadap lawan-lawannya jika terpilih.