JT – Dewan Pendidikan Buleleng, Bali, mencatat masih ada ratusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) di wilayah tersebut yang mengalami kesulitan membaca.
"Jumlahnya bervariasi di tiap sekolah, mulai dari beberapa hingga puluhan siswa. Sekolah-sekolah ini tersebar di sembilan kecamatan di Buleleng," ujar Ketua Dewan Pendidikan Buleleng, I Made Sedana, di Singaraja, Kamis.
Baca juga : Selama Bandung Great Sale 2024, Pemkot Gratiskan 300 Tiket Bus Bandros
Berdasarkan data yang dihimpun bersama Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng, sekitar 400 siswa masih mengalami kendala dalam membaca dan mengeja, bahkan sebagian di antaranya belum bisa membaca sama sekali. Data ini diperoleh dari laporan kepala sekolah dan belum mencakup madrasah.
Sedana menilai beberapa faktor berkontribusi terhadap permasalahan ini, di antaranya penurunan kualitas pembelajaran selama pandemi COVID-19, kebijakan wajib naik kelas di sekolah dasar, serta kemungkinan adanya siswa yang mengalami disleksia.
"Kami menilai ini masalah krusial yang harus segera ditangani. Jangan sampai dibiarkan begitu saja," katanya.
Baca juga : BKSDA Banten Amankan Trenggiling untuk Dilepasliarkan
Ia menekankan pentingnya pendekatan pembelajaran berdiferensiasi serta intervensi dini di jenjang pendidikan dasar agar siswa dapat mengatasi hambatan dalam membaca.
Selain itu, Dewan Pendidikan Buleleng juga berencana bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, untuk mencari solusi yang tepat, terutama bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca akibat disleksia. * * *