JT - Ketupat merupakan hidangan khas yang dibuat dari beras dan dimasak dalam anyaman daun kelapa muda atau janur. Makanan ini telah lama menjadi simbol perayaan Idul Fitri di Indonesia, tidak hanya sebagai sajian kuliner tetapi juga sebagai bagian dari tradisi yang diwariskan secara turun-temurun.
Selain kelezatannya, ketupat memiliki makna filosofis dan sejarah yang cukup mendalam. Lantas, apa sebenarnya filosofi di balik ketupat? Bagaimana sejarah kemunculannya di Indonesia? Berikut penjelasannya.
Baca juga : Berpuasa di Cuaca Panas, Lakukan Hal Ini
Asal-usul sejarah ketupat di Indonesia
Ketupat telah dikenal di Indonesia sejak abad ke-15, terutama di Pulau Jawa. Makanan ini menjadi bagian dari tradisi Lebaran yang berkembang seiring dengan penyebaran Islam di Nusantara. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam memperkenalkan ketupat sebagai simbol perayaan Idul Fitri adalah Sunan Kalijaga, seorang anggota Wali Songo yang berperan dalam dakwah Islam di Jawa.
Sunan Kalijaga memanfaatkan ketupat sebagai media dakwah dengan menggabungkan ajaran Islam dan budaya lokal. Melalui pendekatan ini, ia memperkenalkan ketupat sebagai simbol perayaan hari raya Islam, yang kemudian semakin dikenal luas pada masa pemerintahan Kerajaan Demak di bawah kepemimpinan Raden Patah.
Baca juga : Padang Gelar Pesantren Ramadan 2025 di 1.100 Masjid dan Mushola
Penggunaan janur sebagai pembungkus ketupat juga memiliki makna tersendiri. Daun kelapa muda atau janur banyak ditemukan di wilayah pesisir, yang menjadi ciri khas masyarakat pesisir Jawa. Keberadaan janur yang melimpah membuatnya sering digunakan dalam berbagai tradisi, termasuk sebagai pembungkus makanan khas.
Masyarakat pesisir yang terbiasa menggunakan janur dalam makanan mereka turut mendorong Sunan Kalijaga untuk menjadikan ketupat sebagai bagian dari dakwah Islam. Dengan pendekatan ini, ajaran Islam dapat diterima lebih mudah oleh masyarakat Jawa tanpa menghilangkan unsur budaya lokal yang telah ada sebelumnya.