JT - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menegaskan bahwa wilayahnya tidak mengalami kelangkaan elpiji 3 kilogram. Yang terjadi adalah kepanikan masyarakat akibat perubahan aturan distribusi, sehingga memicu aksi borong.
“Kemarin itu hanya terjadi panic buying di masyarakat karena aturannya berubah. Eceran enggak boleh jual lagi, hanya pangkalan. Situasinya jadi ramai. Dulunya kan toko-toko termasuk minimarket beli kemudian dijual lagi, mereka kan cari untung juga,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) DKI Jakarta, Hari Nugroho, Selasa (11/2).
Baca juga : Legislator Kembali Surati Gubernur DKI Terkait Kenaikan Tarif PAM Jaya
Meskipun kuota elpiji Jakarta dikurangi 5 persen dari 433 ribu metrik ton menjadi 409 ribu metrik ton, Hari memastikan stok masih aman.
“Kalau terjadi kelangkaan, kita punya buffer stock. Kita bisa lakukan operasi pasar. Saat ini belum ada kelangkaan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa setelah Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk mengaktifkan kembali pengecer elpiji 3 kg, situasi kembali normal.
Baca juga : DKI Perkenalkan Rute Baru Transjabodetabek pada Pekan Depan
“Begitu pengecer boleh jual lagi, situasi adem. Kenapa? Karena stok sudah dijaga. Kalau ada kelangkaan, buffer stock langsung keluar,” jelasnya.
Pernyataan serupa disampaikan Plt Asisten Perekonomian dan Keuangan Sekda DKI Jakarta, Suharini Eliawati. Ia menegaskan bahwa Jakarta tidak pernah mengalami kekurangan gas, melainkan hanya perubahan mekanisme distribusi yang menyebabkan antrean panjang di beberapa titik.