“Pengakuan ini merupakan prestasi yang membanggakan, karena menambah jumlah desa di Indonesia yang diakui sebagai Tsunami Ready Community oleh UNESCO,” ujar Suci Dewi Anugrah, Ketua Kelompok Kerja Mitigasi Tsunami BMKG, Senin.
Baca juga : Barantin Pastikan Produk Hewan Impor Aman dari Penyakit Berbahaya
Beberapa desa yang menerima sertifikat ini di antaranya adalah Desa Pangastulan di Bali, Desa Galala dan Desa Hative Kecil di Ambon, dan Desa Sidaurip di Cilacap, Jawa Tengah. Selain itu, empat kelurahan di Bantul, DI Yogyakarta, juga menerima pengakuan, yakni Tirtohargo, Parangtritis, Poncosari, dan Gadingsari.
Menurut Suci, untuk meraih status ini, setiap desa harus memenuhi 12 indikator yang ditetapkan UNESCO, meliputi penilaian risiko, kesiapsiagaan, dan respons. Indikator ini mencakup peta zona rawan tsunami, inventaris penduduk di zona bahaya, serta rambu dan sarana informasi evakuasi.
Dengan tambahan 12 desa baru, kini terdapat 22 desa di Indonesia yang telah diakui UNESCO sebagai Tsunami Ready Community. Sebelumnya, desa seperti Lamkruet dan Gampong Mon Ikeun di Aceh juga telah memperoleh status ini.
Baca juga : Kepala Badan Gizi Beri Penjelasan Terkait Distribusi Makan Bergizi Gratis
Pengakuan UNESCO diharapkan mampu meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat pesisir Indonesia dalam menghadapi ancaman tsunami. Selain itu, desa-desa lain, seperti wilayah Mentawai di Sumatera Barat, saat ini tengah mempersiapkan diri untuk memenuhi standar yang ditetapkan UNESCO.
"Pengakuan ini diharapkan menjadi contoh bagi komunitas lain dalam membangun kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas," tambah Suci. * * *