JT – Edukator memainkan peran penting dalam menciptakan kegiatan kreatif untuk menarik minat pengunjung, terutama anak-anak, saat berkunjung ke museum di DKI Jakarta. Beragam program edukasi interaktif, seperti membatik, eksplorasi arkeologi, dan pengenalan pewarna alam, menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk lebih mengenal sejarah dan budaya.

“Ide-ide kreatif ini berasal dari para edukator, bagaimana koleksi museum bisa lebih mengedukasi dan menghibur melalui permainan. Kalau edukator tidak ada, bisa kumpulkan orang-orang kreatif untuk memikirkan cara ini,” ujar Ketua Subkelompok Sejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Bayu Niti Permana, di Jakarta, Selasa.

Menurut Bayu, edukator berperan menghadirkan aktivitas yang menyenangkan bagi anak-anak, seperti kegiatan membatik di Museum Tekstil. Program ini berkembang menjadi aktivitas pencelupan dengan pewarna alam hingga membuat kain pelangi, yang semuanya diminati oleh anak-anak karena mengajarkan seni dan budaya secara langsung.

“Kegiatan membatik ini disukai anak-anak. Dari ide edukator, program membatik di Museum Tekstil bisa berkembang menjadi pewarnaan alam dan kegiatan mencelup,” ungkap Bayu.

Di Museum Sejarah Jakarta, program edukasi interaktif bertajuk “Arkeolog Cilik” memberikan kesempatan anak-anak menggali pasir dalam ruangan berbentuk gua untuk menemukan benda-benda arkeologi. Program ini diinisiasi oleh edukator yang berupaya mengembangkan minat anak-anak terhadap ilmu arkeologi.

“Biasanya edukator memiliki ide seperti ini karena mereka umumnya berlatarkan pendidikan sebagai guru atau memiliki pengalaman membuat program edukasi,” ujar Bayu.

Bayu menuturkan bahwa kegiatan edukasi museum yang berkembang kini tidak hanya berlangsung di dalam gedung museum tetapi meluas ke area taman, terutama terkait dengan koleksi yang berhubungan dengan tumbuhan pewarna alam. Inisiatif ini tidak hanya memperkaya pengalaman anak-anak tetapi juga menambah minat kunjungan museum di Jakarta.