JT - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mengungkapkan bahwa industri daur ulang memiliki potensi besar dalam mendukung ekonomi sirkular di Indonesia.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa sektor ini tidak hanya memiliki potensi ekonomi yang signifikan dari hulu hingga hilir, tetapi juga mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Baca juga : Komnas HAM Telah Minta Keterangan 27 Orang Terkait Kasus Vina
"Ternyata potensi ekonominya luar biasa, mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari pemulung, dia akan mendapat pekerjaan dan nilai tambah. Belum lagi kolektor, millers, buruh pabrik, dan sebagainya. Potensi pasar ekspornya juga akan terdampak," ujar Amalia dalam peresmian The Circular Fashion Partnership Indonesia di Jakarta, pada hari Kamis.
Dalam industri daur ulang, penyerapan tenaga kerja diproyeksikan mencapai 3 juta untuk pemulung, 120 ribu untuk kolektor, 40 ribu untuk millers, 100 ribu untuk buruh pabrik, 60 ribu dalam penjualan produk daur ulang, dan 40 ribu di industri terkait. Dari sisi investasi, sektor ini diperkirakan mampu mencapai Rp5,15 triliun dan memiliki potensi ekspor, terutama setelah China menutup pabrik daur ulang plastik dengan kapasitas 9 juta ton per tahun.
Amalia juga menekankan pentingnya pembangunan ekosistem yang memadai untuk mendukung industri daur ulang, khususnya di sektor tekstil. Ini mencakup pengumpulan pakaian bekas, adanya offtaker atau pembeli siaga, serta tempat pengelolaan.
Baca juga : Menko Polkam: Pemerintah Kawal Ketat Arus Mudik dan Stabilitas Keamanan Nasional
Dia menambahkan bahwa dorongan terhadap ekonomi sirkular di sektor industri tekstil dapat meningkatkan pendapatan per kapita dan menciptakan lapangan pekerjaan.
"Kalau kita dorong penerapan ekonomi sirkular di industri tekstil, saya yakin ini bisa meningkatkan income per capita dan lapangan pekerjaan. Ini pekerjaan ramah lingkungan, sekaligus kita dapat meningkatkan pendapatan per kapita mereka," kata Amalia. * * *