JAKARTATERKINI.ID - Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, berpendapat bahwa golput atau "golongan putih" selalu diidentikkan dengan bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang justru akan menimbulkan masalah politik dan berdampak besar terhadap pembangunan bangsa.
Menurutnya, golput bukanlah pilihan yang bijak, melainkan bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang dapat menimbulkan masalah politik dan berdampak terhadap pembangunan bangsa.
Baca juga : Anies Sebut Calon Presiden Harus Siap Ditanya Apa Saja oleh Siapa Saja
"Sikap apatis yang diimplementasikan melalui golput dinilai tidak akan menyelesaikan persoalan dan justru tidak menunjukkan kepedulian terhadap nasib bangsa ke depan," katanya.
Oleh karena itu, Ujang Komarudin menekankan pentingnya memilih, meskipun kandidat capres dan cawapres yang ditawarkan mungkin memiliki kekurangan. Dia menyarankan untuk memilih berdasarkan hati nurani dan rasionalitas, serta memilih yang dianggap terbaik dari opsi yang ada.
Ujang Komarudin juga mengingatkan tentang fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa praktik golput itu haram, sehingga hukumnya berdosa jika dilakukan. Bagi umat Islam yang terikat dengan fatwa MUI tersebut, golput dianggap sebagai perbuatan yang melanggar hukum agama.
Baca juga : Bawaslu Larang Peserta Pemilu Saling Rusak APK
"Selain itu, praktek golput dinilainya dapat berpengaruh terhadap legitimasi pemilihan umum. Jika partisipasi pemilih rendah, pemilu tersebut dapat dianggap gagal, dan legitimasi capres cawapres yang terpilih akan rendah. Oleh karena itu, tingkat partisipasi dianggap penting untuk memastikan keberhasilan proses pemilu," jelasnya.
Ujang Komarudin mengimbau masyarakat untuk datang ke bilik suara pada 14 Februari 2024 mendatang guna menyalurkan hak pilihnya. Dia menekankan bahwa golput dapat berdampak negatif jika di kemudian hari pemimpin terpilih mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai harapan.