DECEMBER 9, 2022
PEMILU

Tingkat Pendidikan Rendah Picu Praktik Politik Uang di Pemilu dan Pilkada

post-img
Seorang ASN bertanda tangan di spanduk saat Rapat Koordinasi Bawaslu Maros bersama stakeholder 20-21 Oktober 2024 dirangkaikan deklarasi netralitas ASN, anti politik uang, isu SARA, hoaks dan ujaran kebencian di Hotel Dalton Makassar, Sulawesi Selatan. ANTARA/Darwin Fatir.

JT - Deputi Sekretaris Jenderal Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Engelbert Johannes Rohi menyebutkan bahwa rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menjadi salah satu faktor pemicu masih maraknya praktik politik uang dalam Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, lebih dari 30 juta penduduk Indonesia tidak menyelesaikan pendidikan dasar, dan hanya 12 juta yang memiliki gelar sarjana.

Baca juga : KPU DKI Tetapkan Pram-Rano Menang di Pilkada Jakarta

Johannes menjelaskan, dominasi tamatan sekolah dasar (SD) dalam pendidikan masyarakat membuat mereka rentan terpapar praktik politik uang.

"Masyarakat dengan pendidikan di bawah rata-rata dan ekonomi lemah lebih cenderung menerima uang, bahkan nominal kecil seperti Rp100 ribu hingga Rp200 ribu sangat berarti bagi mereka," ujarnya saat Rapat Koordinasi Pengawasan Bawaslu Maros dengan para stakeholder di Hotel Dalton, Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.

Ia juga menyoroti disparitas yang tinggi antara tingkat pendidikan SD dan S1, yang mempersulit upaya pencegahan politik uang. "Itulah yang membuat 'serangan fajar' sangat efektif dilakukan oleh para calon untuk mendapatkan suara, terutama dengan sasaran perempuan," katanya.

Baca juga : KPU Kabupaten Bekasi Gelar Simulasi Pungut Hitung Pakai Sirekap

Indonesia kini menempati urutan ketiga di dunia dalam praktik politik uang, setelah Uganda dan Benin, berdasarkan penelitian Guru Besar Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Burhanuddin Muhtadi. Hasil riset menunjukkan sekitar 33 persen atau 62 juta pemilih terlibat dalam praktik politik uang selama dua Pilpres, yaitu 2014 dan 2019.

Johannes juga menyoroti kesulitan dalam mendeteksi praktik politik uang, termasuk mahar yang dibayarkan kepada partai politik. Ia menegaskan bahwa pengawasan Bawaslu terhadap hal ini masih lemah, sehingga banyak kolom kosong muncul dalam Pilkada serentak tahun ini.


Tentang Kami

Jakartaterkini.id merupakan transformasi dari Media sosial Instagram Jakarta terkini, yang lahir sejak tahun 2017 silam. Melalui media online kami ingin lebih berkomitmen dalam menghadirkan beragam informasi yang lebih luas, komprehensif dan faktual.

Kami berfokus menjadi media lokal Jakarta yang terkini, sesuai dengan tag line kami, Informasi terkini di Jakarta. Dibawah naungan JTN Media kami terus beradaptasi dalam segala aspek sesuai dengan perkembangan sosial terkini. Selain itu kami juga terus melakukan inovasi terhadap perkembangan teknologi agar dapat memenuhi keinginan khalayak dalam mengakses informasi.

Kami adalah media yang Independent dengan mengedepankan kaidah jurnalistik, disajikan secara berimbang tanpa intervensi.

Bicara Jakarta..?! Jakarta terkini, Informasi terkini di Jakarta, Powered by JTN Media. 

 
Cart