JT - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), Muhadjir Effendy, menekankan perlunya memastikan bahwa investasi yang masuk ke Indonesia sebanding dengan potensi penyerapan tenaga kerja.
Dalam acara Paritrana Award BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2024 di Jakarta pada Kamis, Muhadjir mengungkapkan kekhawatirannya bahwa investasi saat ini masih belum optimal dalam penyerapan tenaga kerja karena lebih berfokus pada padat modal dan padat teknologi, ketimbang padat karya.
Baca juga : Pengamat Energi: Harga Tiket Pesawat Tidak Hanya Dipengaruhi Oleh Avtur
Muhadjir menjelaskan bahwa meskipun teknologi terbaru dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas, hal tersebut juga berpotensi menggerogoti angkatan kerja Indonesia melalui otomasi, terutama di sektor manufaktur.
"Kenaikan investasi tidak selalu berbanding lurus dengan daya serap dunia kerja. Jika kita tidak bisa mengontrol transfer teknologi dan otomasi, termasuk artificial intelligence, maka ini bisa menjadi ancaman serius," ujarnya.
Menko PMK juga meminta Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) untuk memastikan bahwa kebijakan pemerintah berpihak pada kepentingan angkatan kerja Indonesia. Ini tidak hanya meliputi pengurangan tingkat pengangguran terbuka tetapi juga peningkatan produktivitas tenaga kerja. Dia menekankan bahwa banyak pekerja saat ini belum produktif karena sering kali bekerja di luar bidang keahlian dan pendidikan mereka.
Baca juga : BPJPH Tegaskan Kewajiban Sertifikasi Halal Berlaku Mulai 18 Oktober 2024
Muhadjir mengungkapkan bahwa meskipun banyak lapangan kerja tersedia, tantangan terbesar adalah memastikan bahwa setiap pekerja benar-benar produktif.
"Banyak lapangan kerja yang sebetulnya lebih fokus pada bagaimana mengurangi pengangguran, belum sepenuhnya berbicara tentang bagaimana meningkatkan produktivitas pekerja," jelasnya.