JAKARTA TERKINI - Seiring dengan pergeseran ekonomi global menuju produk rendah karbon, Indonesia menegaskan pentingnya transisi ke industri hijau sebagai upaya untuk tetap kompetitif. Hal ini menjadi salah satu pokok bahasan dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 yang mengusung tema dekarbonisasi sebagai jalan menuju kemajuan global.
Secara sederhana, industri hijau merupakan pendekatan pembangunan yang fokus pada efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya energi baru terbarukan (EBT), dengan tujuan melindungi lingkungan di setiap tahapan produksinya. Indonesia melihat pengembangan industri hijau sebagai peluang besar bagi negara berkembang untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap).
Baca juga : Pertamina Sesuaikan Harga BBM per 1 Maret 2025, Dex Series Alami Penurunan
Jebakan pendapatan menengah terjadi ketika sebuah negara mencapai pendapatan per kapita antara 4.466 hingga 13.845 dolar AS, namun kesulitan untuk naik ke level negara maju dengan pendapatan per kapita di atas 13.845 dolar AS. Indonesia telah lebih dulu mengimplementasikan konsep industri hijau, yang berhasil membantu beberapa provinsi seperti Jakarta dan Kalimantan Timur keluar dari jebakan ini.
Manfaat Ekonomi dari Industri Hijau
Ada empat manfaat utama yang bisa diperoleh negara dengan menerapkan industri hijau: efisiensi produksi, peningkatan reputasi, daya saing yang lebih tinggi, dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.
Baca juga : BNI Buka Layanan Terbatas pada Hari Raya Idul Adha
Efisiensi produksi dicapai melalui pemanfaatan EBT yang mengurangi biaya produksi. Mengingat harga bahan bakar fosil terus meningkat, penggunaan energi terbarukan seperti air, angin, panas bumi, dan sinar matahari menawarkan solusi yang lebih murah dan berkelanjutan.
Penerapan industri hijau juga meningkatkan reputasi dan daya saing produk di pasar internasional, terutama karena semakin banyak negara yang menerapkan mekanisme pembatasan karbon (carbon border adjustment mechanism/CBAM). Negara yang mampu memproduksi barang dengan emisi rendah akan lebih diterima di pasar global.