JT - Pengamat militer dan Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai pemerintah perlu memberikan dukungan penuh dari segi anggaran, fasilitas, hingga sumber daya manusia (SDM) untuk membangun Angkatan Siber sebagai matra keempat Tentara Nasional Indonesia (TNI).
"Jika dukungan penuh diberikan, proses menuju matra siber yang sepenuhnya operasional bisa memakan waktu antara 15 hingga 20 tahun," ujar Khairul dalam siaran persnya di Jakarta, Kamis.
Baca juga : Aktivis dan Tokoh Agama Desak Kapolri Bongkar Sindikat Prostitusi Anak di NTT
Menurut Fahmi, saat ini dunia telah memasuki era peperangan siber, di mana serangan dapat dilakukan melalui informasi dan data untuk memengaruhi stabilitas negara lain. Serangan siber dapat berupa peretasan sistem pengelolaan data negara, sehingga membuatnya layak untuk dihadapi dengan Angkatan Siber.
Namun, pembangunan matra siber ini membutuhkan investasi besar, baik dalam infrastruktur yang aman dan modern, teknologi canggih, serta SDM yang terlatih.
"Selain itu, pengembangan doktrin, strategi, dan kerangka hukum untuk operasi siber militer memerlukan waktu yang panjang," jelas Fahmi.
Baca juga : Kemenkes Ajak Orang Tua Penuhi Hak Anak Lewat Imunisasi Lengkap
Fahmi juga menekankan perlunya sinergi antara Pusat Pertahanan Siber (Pussiber) TNI, unsur-unsur komunikasi dan elektronika (komlek) di setiap matra, serta Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) guna memperkuat pertahanan data nasional.
Menurut Fahmi, upaya ini akan memperkuat pertahanan siber Indonesia dan meningkatkan kemampuan negara dalam menghadapi ancaman di era digital. * * *