JT - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengimbau pemerintah daerah untuk mempersiapkan tata ruang dan infrastruktur yang aman sebagai langkah mitigasi menghadapi potensi gempa Megathrust di Indonesia.
"Perlu ada persiapan dari masyarakat dan pemerintah daerah sebelum gempa besar terjadi yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Pemerintah daerah diharapkan dapat bersama-sama menyiapkan infrastruktur, sistem, jalur evakuasi, dan tempat shelter evakuasi," kata Dwikorita dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.
Baca juga : Tidak Ada Pemukulan oleh Paspampres dalam Kunjungan Presiden Jokowi di Samarinda
Dwikorita menekankan pentingnya membatasi pembangunan di zona rawan seperti daerah pesisir dan pantai. "Di pantai, pembangunan harus dibatasi. Jika ada bangunan seperti hotel, bangunan tersebut harus dirancang untuk tahan terhadap gempa dengan magnitudo 8,5," tambahnya.
Dia memberikan contoh Pemda DIY yang telah menyiapkan tata ruang aman untuk menghadapi gempa Megathrust, seperti pembangunan Bandar Udara Internasional Yogyakarta (YIA) di Kulon Progo.
"YIA dirancang untuk tahan gempa dengan magnitudo 8,5 dan elevasinya lebih tinggi dari kemungkinan tsunami. Jika terjadi gempa dan tsunami, pengunjung di bandara sebaiknya tetap berada di dalam gedung, terutama di lantai mezzanine dan lantai 2. Bandara ini juga memiliki Crisis Center yang dapat menampung 2.000 orang dan total kapasitas 10.000 orang," jelasnya.
Baca juga : Kapan Maulid Nabi Tahun 2024 Akan Dirayakan?
Dwikorita mengingatkan bahwa peringatan tentang potensi gempa Megathrust bukanlah hal baru. BMKG mengedukasi masyarakat untuk mempersiapkan diri dan melakukan mitigasi karena Indonesia rawan mengalami gempa.
"Megathrust bukan isu baru. BMKG dan para ahli mengingatkan untuk segera melakukan mitigasi. Tujuannya adalah untuk mempersiapkan masyarakat menghadapi potensi bencana ini," ujarnya. * * *