JT - Ketua Yayasan Borneo Orangutan Survival (BOS), Jamartin Sihite, mengungkapkan bahwa lebih dari 300 orangutan saat ini berada dalam masa perawatan dan menunggu pelepasliaran.
Jamartin menegaskan bahwa proses pelepasliaran ini memerlukan kerja sama erat dari berbagai pihak. BOS bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah untuk memastikan keberhasilan upaya konservasi ini.
Baca juga : Anak Muda Ambon Galang "Baca Senyap" untuk Membangun Kebiasaan Membaca
Orangutan yang diselamatkan mendapatkan perawatan intensif dan diajarkan keterampilan dasar untuk pemulihan dari trauma di Sekolah Hutan. Di sana, mereka belajar memanjat, mencari makan, dan berinteraksi dengan sesama orangutan sebagai persiapan untuk hidup mandiri di alam liar.
Sebagian besar orangutan yang saat ini dalam perawatan adalah hasil penyelamatan dari konflik antara satwa dan manusia. Mereka berusia mulai dari belia hingga dewasa.
Bagi orangutan yang tidak memungkinkan untuk dilepasliarkan kembali ke alam liar, mereka akan tetap hidup di penangkaran dengan pemantauan berkala untuk memastikan kesehatan mereka.
Baca juga : Komunitas Budaya: Bahasa Lampung Bisa Punah dalam 36 Tahun
Sejak didirikan pada tahun 1991, Yayasan BOS telah berhasil melepasliarkan 533 individu orangutan ke habitat aslinya. Wilayah pelepasliaran meliputi Hutan Lindung Bukit Batikap di Kalimantan Tengah seluas 35.000 hektare, Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya seluas 27.472 hektare, dan Hutan Konsesi Restorasi Ekosistem Kehje Sewen di Kalimantan Timur yang memiliki luas 86.593 hektare.
Jamartin menegaskan bahwa Hari Orangutan adalah momen penting untuk merenungkan perjalanan konservasi orangutan yang telah dilakukan bersama-sama. Setiap orangutan yang berhasil kembali ke habitatnya adalah hasil dari kerja keras dan dedikasi banyak pihak.