JT - Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Liliek Marhaendro Susilo, menyatakan bahwa kebijakan Murur yang diterapkan pemerintah pada musim haji tahun ini berhasil mengurangi kelelahan pada jamaah lanjut usia, disabilitas, dan berisiko tinggi.
"Murur dampaknya luar biasa. Sehingga, dengan Murur itu indikatornya kalau kita secara logika saja, di pos kesehatan Mina juga nggak begitu banyak yang sakit," ujar Liliek saat meninjau pos kesehatan di jalur Jamarat, Mina, Selasa (17/6).
Baca juga : Anwar Usman Ajukan Banding atas Keputusan PTUN Jakarta
Murur merupakan skema mabit (bermalam) di Muzdalifah yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah. Jamaah tetap berada di atas bus saat melewati kawasan Muzdalifah, kemudian bus langsung membawa mereka menuju tenda di Mina.
Skema ini pertama kali diterapkan bagi jamaah Indonesia, melibatkan sekitar 55 ribu orang kategori lansia, risiko tinggi (risti), dan disabilitas. Dampaknya signifikan dalam mengurangi kepadatan di Muzdalifah.
Pergeseran dari Muzdalifah ke Mina berjalan lancar tanpa hambatan berarti. Tahun lalu, pergerakan jamaah dari Muzdalifah ke Mina sering kali tersendat karena jalur lintasan yang macet.
Baca juga : BPJPH Akan Tindak Tegas Pungli Sertifikasi Halal
"Murur itu juga bagus sekali, karena sekian waktu proses pemindahan jamaah dari Muzdalifah ke Mina yang tahun kemarin menimbulkan banyak masalah karena adanya kemacetan itu bisa dihindarkan," tambah Liliek.
Selain itu, skema Murur memberikan waktu istirahat yang lebih panjang bagi jamaah lansia, risti, dan disabilitas. Hal ini sangat penting untuk menghindari kelelahan dan penyakit, terutama mengingat cuaca ekstrem di Tanah Suci.