JT - Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN RI Novian Andusti menyebut perilaku seseorang sangat berpengaruh terhadap risiko stunting atau gizi buruk di lingkungan masyarakat.
"Tanpa kita sadari, perilaku hidup sehari-hari amat berpengaruh terhadap stunting, jangan dikira tak ada pengaruh," kata Novian Andusti di Tanjungpinang, Kepri.
Baca juga : Modifikasi Cuaca oleh BNPB Berhasil Kurangi Curah Hujan di Jabar dan Jateng
Ia mencontohkan banyak kalangan anak remaja puteri yang saat ini mengalami kekurangan hemoglobin (Hb), sehingga memicu terjadinya anemia yang kemudian dapat menimbulkan sejumlah keluhan dan gangguan kesehatan.
Kekurangan Hb pada anak remaja salah satunya dipicu kurangnya konsumsi makan makanan bergizi, namun sebaliknya lebih banyak makanan nonbergizi agar tetap terlihat langsing atau dikenal kutilang (kurus, tinggi dan langsing).
"Padahal pola hidup seperti itu tidak bagus bagi remaja puteri, karena ketika tubuh mengalami anemia hingga berat badan tidak ideal, maka saat hamil berpotensi melahirkan anak stunting," ujarnya.
Baca juga : Mendag Pastikan Pasokan Sembako Aman Saat Nataru
Selain itu, ia juga menyoroti terkait adanya orangtua atau kaum ibu enggan menyusui anak yang baru lahir.
Padahal, menurut Novian, anak harus mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif pada enam bulan pertama pascakelahiran, tanpa dicampur dengan makanan lainnya.