JT - Dokter Ahli Kulit dan Estetika, Prof. Dr. dr. Lili Legiawati, Sp.D.V.E., Subsp.D.K.E., mengungkapkan tiga jenis kebotakan yang umum terjadi di masyarakat, khususnya yang tidak disertai jaringan parut (non-sikatrikal).
"Dari penelitian kami di Departemen Dermatologi dan Venereologi FKUI RSCM, kami menemukan tiga jenis kebotakan yang paling umum," ujar Lili dalam sebuah diskusi daring pada Rabu.
Baca juga : Mengapa Alat AED Penting dalam Mencegah Kematian Mendadak
Dokter yang juga anggota Kelompok Staf Medis (KSM) Departemen Dermatologi dan Venereologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu menyebutkan jenis kebotakan pertama yang sering ditemui adalah alopecia areata. Kondisi ini dapat terjadi secara lokal di beberapa bagian kepala, dalam beberapa titik, hingga kebotakan total. Alopecia areata juga dapat terjadi di area ketiak dan area kemaluan.
Jenis kebotakan kedua adalah alopecia androgenik atau kebotakan pola, di mana penderitanya biasanya tidak merasakan kerontokan rambut. Lili menjelaskan bahwa gejala kebotakan pola termasuk penipisan rambut di dahi atau puncak kepala, perubahan warna rambut, dan pengecilan diameter rambut.
Jenis kebotakan ketiga adalah telogen effluvium, yang menurut Lili sering ditemui pada pasien yang telah mengalami infeksi virus COVID-19. Lili menjelaskan bahwa kebotakan jenis ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk hormon, kondisi penyakit tertentu seperti COVID-19, tingkat stres tinggi, dan kekurangan nutrisi.
Baca juga : Women from Rote Island Mengajak Masyarakat untuk Menghentikan Kekerasan Seksual
"Faktor nutrisi sering terjadi pada pasien remaja dan dewasa muda, terutama pada wanita. Diet yang ketat, dengan asupan kurang dari 1000 kalori, dapat menyebabkan kerontokan rambut," katanya.
Dalam konteks ini, Lili menjelaskan bahwa kebotakan terjadi ketika seseorang mengalami kerontokan rambut melebihi 100-120 helai. Jika jumlahnya masih di bawah ambang batas tersebut, itu masih dianggap sebagai kerontokan normal.