JT - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa hujan yang terjadi dalam durasi yang lama dipicu oleh vorteks (091S) yang kemudian berubah menjadi bibit siklon 18S, yang cenderung bergerak lambat karena adanya tekanan rendah di timur yang kini telah menjadi dua vorteks.
Periset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, dalam keterangan yang dikutip di Jakarta pada Kamis, menyatakan bahwa bibit siklon tropis tersebut bergerak lambat dan tidak segera menjauh menuju Australia. Hal ini telah memicu propagasi hujan yang kuat dan pembentukan badai squall line yang memicu hujan persisten berhari-hari, bahkan dengan intensitas ekstrem yang disertai angin kencang.
Baca juga : PWNU Jatim apresiasi Polri tangkap peneliti BRIN
Erma juga menjelaskan bahwa pergerakan bibit siklon 18S dari barat ke timur (selatan Jawa Timur) telah menyebabkan hujan deras persisten di beberapa wilayah, termasuk Jawa (Demak, Kudus, Pati, Semarang), Madura, dan Kupang. Hujan persisten ini dipicu oleh efek squall line dari vorteks.
Dia memberikan peringatan kepada wilayah Semarang dan Kupang agar waspada mengantisipasi dampak fenomena tersebut.
Kemunculan bibit siklon 91S di Samudra Hindia bagian tenggara, khususnya di sebelah barat daya Banten, telah menyebabkan hujan di Banten dan Jabodetabek.
Baca juga : Jusuf Kalla Ajak Muslim Lanjutkan Ibadah yang Baik Usai Ramadhan
Menurut Erma, kedekatan bibit siklon 91S dengan Jabodetabek merupakan momen langka yang mengingatkan pada penyebab banjir besar Jakarta pada tahun 2002, karena vorteks telah menyebabkan hujan dini hari yang persisten selama berhari-hari di Jakarta.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa ada tiga bibit siklon tropis di wilayah Indonesia.