JAKARTATERKINI.ID - Penelitian yang dilakukan oleh Kaukus Masyarakat Peduli Kesehatan Jiwa menemukan bahwa Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 berpengaruh pada peningkatan risiko gangguan kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, pada masyarakat Indonesia.
"Ditemukan hubungan yang sangat erat dan signifikan antara proses Pemilu 2024 dengan tingkat kecemasan dan depresi masyarakat," kata Peneliti dari Kaukus, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, dalam diskusi media di Jakarta Selatan pada hari Rabu.
Baca juga : Tips Menghilangkan Bau Prengus pada Daging Kambing
Ray menjelaskan bahwa penelitian menggunakan metode survei kuisioner melibatkan 1.077 responden dari 29 provinsi di dalam negeri dan luar negeri. Sebanyak 71 persen partisipan berusia di bawah 40 tahun, dan 71 persen di antaranya aktif atau sangat aktif dalam proses Pemilu 2024, termasuk dalam masa kampanye.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kecemasan tingkat sedang hingga berat pada masyarakat Indonesia pasca Pemilu 2024 mencapai 16 persen, sementara prevalensi depresi sedang-berat mencapai 17,1 persen.
"Ini merupakan hasil dari kombinasi kecemasan dan depresi tingkat sedang hingga berat, sedangkan gejala ringan tidak dimasukkan untuk menghindari peningkatan jumlah yang lebih besar," ungkap Ray.
Baca juga : Kiat Membuat Kopi yang Aman bagi Lambung selama Berpuasa
Jika dibandingkan dengan data prevalensi kecemasan dan depresi dari Riset Kesehatan Dasar 2018 dan Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan 2022, tingkat prevalensi kecemasan masyarakat sebelum Pemilu 2024 sebesar 9,8 persen, sementara depresi sebesar 6 persen.
Penyebab dari kecemasan dan depresi pasca Pemilu 2024 termasuk konflik dalam diri untuk menentukan pilihan, konflik eksternal yang berkaitan dengan perbedaan pilihan politik, dan tekanan dalam memilih calon tertentu. Tekanan tersebut dapat berupa ajakan, seruan, paksaan, atau pengaruh dari media sosial.