JAKARTATERKINI.ID - Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, menyatakan bahwa tawuran remaja semakin menjadi fenomena yang rutin, dengan tingkat keparahan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
Menurut Vera, ada dua faktor utama yang menjadi alasan di balik perilaku tawuran remaja, yaitu faktor internal dan eksternal.
Baca juga : DPRD DKI Jakarta Minta Pemprov Antisipasi Penyakit DBD
Faktor internal mencakup fungsi otak yang belum optimal pada remaja, yang membuat mereka kurang mampu mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan mereka. Selain itu, emosi masih mendominasi perilaku dan pengambilan keputusan pada remaja.
"Dorongan untuk merasa diterima dalam kelompok menjadi faktor penting, sehingga remaja cenderung mengikuti nilai-nilai yang ada dalam kelompok tersebut, termasuk jika nilai-nilai tersebut mengandung unsur kekerasan," jelasnya.
Dari segi faktor eksternal, Vera menyoroti adanya tradisi tawuran yang telah terjadi di sekolah dan lingkungan sekitarnya. Sekolah yang berada di lingkungan berisiko, seperti area pasar, terminal, atau tempat-tempat berkumpulnya geng, menjadi pemicu bagi remaja untuk terlibat dalam tawuran.
Baca juga : Biksu Duta Smirthi Sebut Imlek Sebagai Momentum Pesan Damai
Vera juga menambahkan bahwa kurangnya pengamanan atau pencegahan di lingkungan sekitar, serta kurangnya wadah yang bisa menyalurkan energi mereka, juga menjadi faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya tawuran remaja.
Dalam konteks masa kini, Vera menyoroti peran media sosial yang dapat memenuhi kebutuhan remaja, terutama dalam hal mendapatkan perhatian dan pengakuan dari banyak orang.