JAKARTATERKINI.ID - Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, meramalkan bahwa pada awal tahun 2024 belum terlihat tanda-tanda penurunan harga beras. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi beras yang diperkirakan menurun atau mengalami defisit.
"Dalam tahun 2024, setidaknya pada awalnya, belum ada indikasi penurunan harga," ujar Dirut Bulog Bayu Krisnamurthi dalam konferensi pers di Jakarta pada Kamis.
Baca juga : Kementan Kirim Tim Tangani Ternak Terdampak Banjir di Bekasi
Bayu menambahkan, "Tiga faktor yang telah saya sampaikan yang menyebabkan kenaikan harga masih ada. Pertama, produksi kita belum pulih. Kedua, biaya-biaya masih tinggi, terutama harga pupuk yang masih fluktuatif dan cenderung tinggi. Dan ketiga, kebijakan-kebijakan negara yang belum membuat pasar dunia mengalami penurunan harga."
Dirut Bulog menjelaskan bahwa defisit produksi beras pada awal tahun 2024, seperti yang diumumkan oleh Badan Pusat Statistik, disebabkan oleh penurunan panen padi di sebagian besar wilayah di Pulau Jawa.
Meskipun demikian, Bayu meminta masyarakat untuk tidak panik karena Bulog memiliki stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang cukup hingga panen raya pada bulan April mendatang.
Baca juga : TNI AU Tingkatkan Sinergitas dengan TNI-Polri untuk Pengamanan Peparnas XVII Solo 2024
Bayu mengungkapkan bahwa Bulog memiliki stok CBP sebanyak 1,3 juta ton dan akan bertambah dengan impor beras sebanyak 500 ribu ton yang merupakan sisa dari penugasan impor tahun sebelumnya. Selain itu, akan ada penyerapan produksi dalam negeri dari daerah-daerah yang akan panen lebih awal.
"Cukup. Bantuan pangan beras sekitar 220 ribu ton dikali 3 bulan cuma 660 ribu ton. Ditambah pelaksanaan Stabilisasi Pasokan Harga Pasar (SPHP) selama 3 bulan, jadi total sekitar 900 ribu ton. Pemerintah meminta agar Bulog menjaga stok 1 juta ton setiap saat, dan kami berupaya memenuhi target ini termasuk melalui impor," jelasnya.