JAKARTATERKINI.ID - Masa-masa pagi yang penuh perjuangan menuju kantor, melewati kemacetan, dan tiba di tempat kerja dalam kelelahan, sudah menjadi kisah masa lalu. Saat ini, konsep bekerja secara merdeka menganut fleksibilitas tinggi, memungkinkan para pekerja untuk bekerja sambil menikmati wisata. Fenomena pengembara digital menjadi representasi dari gaya bekerja modern, di mana keahlian teknologi menjadi kunci kesenangan dan tantangan.

Pengalaman bekerja yang begitu leluasa, memungkinkan seseorang berkarya dari mana saja sambil melakukan aktivitas yang disukai. Rutinitas pagi yang terburu-buru dan stres karena kondisi lalu lintas menjadi kenangan, dan inilah perubahan signifikan dalam dunia kerja setelah dua tahun terkurung akibat pandemi.

Dorongan untuk bekerja dari rumah (WFH) yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19 telah mengubah cara kerja masyarakat global, termasuk di Indonesia. WFH tidak hanya sekadar bekerja dari rumah, tetapi telah berkembang menjadi konsep Work From Anywhere (WFA), memungkinkan bekerja dari mana saja. Salah satu turunannya adalah gaya bekerja yang dikenal sebagai digital nomad atau pengembara digital.

Di Indonesia, maraknya pengembara digital dipicu oleh program Work From Bali (WFB) yang diperkenalkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada kuartal pertama tahun 2021. Meskipun awalnya ditujukan untuk ASN dan swasta, program WFB lebih diminati oleh wisatawan asing. Bekerja sambil menikmati keindahan Pulau Bali tanpa batasan waktu merupakan daya tarik yang sulit untuk diabaikan.

Namun, meningkatnya minat terhadap gaya hidup pengembara digital juga membawa konsekuensi. Lonjakan permintaan tempat tinggal sementara di Bali telah mengubah pemandangan sawah menjadi deretan vila dan resor, menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan dan pelestarian alam serta budaya setempat.

Kesenangan dan Tantangan Pengembara Digital

Kesenangan: