JT - Presiden Direktur (Presdir) PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas menyampaikan salah satu dampak finansial apabila tidak ada ekspor konsentrat adalah turunnya pendapatan negara sekitar 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp65 triliun.
“Pendapatan negara berupa biaya keluar, royalti, dividen, pajak perseroan badan, itu akan bisa (hilang) mencapai 4 miliar dolar AS atau sekitar Rp65 triliun,” ujar Tony dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR, di Jakarta, Rabu.
Baca juga : Kasus Patra Niaga, Menteri BUMN Siap Evaluasi Total Pertamina
Hilangnya pendapatan negara tersebut disebabkan oleh 1,5 juta dry metric ton (dmt) konsentrat yang tidak dapat dimurnikan di dalam negeri, karena dampak terhentinya operasi smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur.
“Dan kalau kita nilai dengan harga yang sekarang ini, itu nilainya bisa lebih dari 5 miliar dolar AS,” kata Tony.
Operasi smelter Gresik dihentikan sejak 14 Oktober sebagai dampak dari insiden kebakaran yang terjadi, yang mana merupakan keadaan kahar (keadaan memaksa/force majeure).
Baca juga : Data BPS, Harga Beras Eceran Naik 1,43 Persen pada Agustus 2023
Dampaknya, konsentrat PTFI yang diproduksi di Papua hanya 40 persen yang bisa dikonsumsi oleh PT Smelting di Gresik.
Selain hilangnya penerimaan negara, Tony juga menjelaskan dampak lainnya dari tidak adanya ekspor konsentrat oleh Freeport adalah potensi hilangnya pendapatan daerah terdampak, yakni Papua Tengah.